Skip to main content

Mudik-Liburan (Part 1)

Alhamdulillah akhirnya aku bisa mudik juga setelah 4 tahun gak bertemu keluarga besar di Surabaya dan Tulungagung. Alhamdulillah liburan ini adalah liburan yang paling menyenangkan selama aku berkuliah. Rasanya aku gak mau berhenti untuk bersyukur selama liburan ini. Dan untuk mengingat momen-momen menyenangkan selama mudik sekaligus liburanku, jelas aku akan menuliskannya di blog ini. Karena liburanku ini singkat namun banyak cerita, jadi aku akan menuliskannya menjadi beberapa part sesuai dengan kota yang aku kunjungi selama berlibur.

Tanggal 3 Juli 2017, pagi hari sekitar pukul 08:30 aku, Mama, dan Zenith adikku berangkat dengan taksi dari rumah ke Stasiun Serang untuk mengejar kereta tujuan Stasiun Senen yang akan berangkat pukul 09:22. Kami menunggu di stasiun selama 40 menit sebelum kereta datang. Ini pertama kalinya aku naik kereta dari Stasiun Serang ke Pasar Senen. Sebenarnya aku sangat sering pulang kampung dengan kereta, tapi biasanya langsung dari Gambir atau Stasiun Kota, jadi ya cukup tahu saja kalau ternyata naik kereta dari Serang lebih mudah, gak capek, dan lebih praktis daripada harus naik bus dulu ke Gambir seperti yang dulu-dulu.

Pukul 12:10 kereta berhenti di Stasiun Senen, dan kami menunggu di hingga jadwal keberangkatan pukul 15:45. Aku lupa semua nama kereta yang kunaiki hehe, walaupun sering naik kereta tapi aku selalu lupa nama kereta yang kutumpangi, yang jelas adikku Zenith membeli tiket kelas bisnis di kereta yang berhenti di Stasiun Pasar Turi Surabaya pada pukul 03:10 itu. Kelas bisnis menurutku cukup nyaman untuk ditumpangi, soal harga sih tergantung musim mudik dan hilir. Tapi untuk orang yang ingin tempat duduk nyaman serta AC yang dingin namun gak mau membayar terlalu mahal, kelas bisnis sangat pas untuk menjadi pilihan.

Sesampainya di Surabaya pada 4 Juli 2017, Papa yang sudah terlebih dahulu berangkat menjemput kami dengan motor. Jadi Zenith dengan Papa, dan aku naik taksi dengan Mama. And yes, 15 menit perjalanan tanpa macet dari Pasar Turi ke rumah Yangti di jalan Kalidami akhirnya kulalui dan seketika aku merindukan rumah yang sudah 4 tahun tidak kutengok. Sebenarnya selama 4 tahun ini kurang lebih ada 2 kali kesempatan untuk mudik tapi selalu bentrok dengan jadwal kuliah dan semester pendek, jadi biasanya aku ditinggal sendiri di rumah. Liburan ini pun sebenarnya bentrok dengan persiapan KKM tapi kapan lagi kalau bukan sekarang? Masa harus benar-benar menunggu lulus dulu sih?

Setiap harinya selama aku liburan, tidak ada hari yang kulewatkan hanya berdiam diri di rumah. Aku selalu keluar untuk jalan-jalan mengunjungi tempat wisata sampai hanya sekedar berkeliling kota dan mampir ke mall. Itulah mengapa liburanku kali ini sangat padat dan menyenangkan. Hari pertama, 4 Juli 2014 pagi hari aku sudah keluar rumah dengan Mama ke kontrakan Bulik Eli untuk meminjam motor dan helm untuk mengantar adikku Zenith tes kesehatan untuk memenuhi salah satu rangkaian persyaratan masuk jurusan Keperawatan UNAIR. Yes, mudik-liburan ini juga sekaligus untuk mengurus segala keperluan kuliah adikku. Bulik Eli dan Om Habib adalah pasangan yang sibuk, jadi pagi itu kami tidak bisa berlama-lama mengobrol karena mereka harus bekerja sementara anak mereka yang bungsu dititipkan di daycare sementara anak yang pertama lebih senang menjaga rumah. Aku dan Ibuku serta Bulik Eli sempat mampir ke Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur tempat Om Habib bekerja untuk mengambil helm. Saat itu aku berharap melihat orang gila berkeliaran hehe, tapi jelas tidak mungkin mereka dibiarkan keluar ke halaman karena bisa kabur hehe.

Siangnya, aku menjemput adikku yang satunya lagi, Risma di stasiun Gubeng, dia yang akan menemaniku berkeliling kota selama di Surabaya. Oh ya, Risma berkuliah di Universitas Brawijaya Malang, saat itu dia sudah melakukan perjalanan dari Tulungagung ke Malang dan Malang ke Surabaya, pasti capek, tapi dia tetap harus menemaniku jalan-jalan. Malam itu karena waktunya singkat, Risma hanya mengajakku ke mall Tunjungan Plaza sambil sebelumnya berkeliling Kota Surabaya. 2 tahun berkuliah di Malang dan sering menengok keluarga di Surabaya membuat dia hapal jalanan Surabaya. Sepulangnya dari Tunjungan Plaza, kami mampir ke Balai Kota Surabaya untuk berfoto-foto ria di sana hehe. Susah sih ya, namanya juga orang narsis.




Besoknya, 5 Juli 2017 aku hampir bosan di rumah karena gak ada motor untuk jalan-jalan. Semuanya dipakai kerja dan mencari kost untuk Zenith. Akhirnya sore hari sekitar jam 3, motor yang dipakai Bulik Endro datang, dan kami ke House of Sampoerna. Tempat itu merupakan museum yang dulunya adalah pabrik rokok bermerk Sampoerna. This place is really worth to visit when you are in Surabaya. Arsitekturnya yang kuno, halamannya yang luas dan instagramable, museum yang keren serta kebebasan untuk berfoto di dalam museum dengan “kamera profesional”, cafe kecil yang fancy yang didalamnya juga dilengkapi benda-benda antik, dan tiket masuk yang gratis menjadi daya tarik House of Sampoerna. Siapa yang bisa menolak semua keindahan dan kemudahan yang ditawarkan House of Sampoerna?

Jadi museum Sampoerna terbagi menjadi tiga bangunan besar (menurut sepengelihatanku), yang paling ujung dekat dengan pintu gerbang ada cafe, yang kedua ada museum yang kukunjungi, yang ketiga aku gak tahu pasti, tapi sepertinya museum juga, aku gak sempat ke sana karena sudah hampir tutup.






Ini kaca dengan desain unik rokok Sampoerna

Poster-poster iklan Sampoerna

Poster-poster iklan Sampoerna

Marching Band Sampoerna

Difoto dari lantai dua, dibawahnya ada tempat produksi rokok manual seperti meja-meja dan kursi-kursi.
Sebenarnya ada tulisan dilarang memotret tapi penjaganya membiarkan saja, jadi ya sudah hehe.




Cafe yang terletak di dalam kawasan Museum Sampoerna

Bagian antara Cafe dan Museum


Bagian depan Museum Sampoerna

Malamnya kami foto bersama di rumah dengan kamera seadanya karena kasihan Yangti gak kuat untuk pergi ke studio malam itu.

Keluarga besar

Keluargaku

Dan setelah berfoto ala-ala studio, Aku dan adik-adikku, serta sepupu-sepupuku, Manda dan Daksa makan di Aiola Eatery, tempat makan yang sepertinya cukup hits di Surabaya karena malam itu walaupun sudah pukul 10 masih saja ramai. Tempatnya nyaman dan asik buat nongkrong. Tadinya kami mau ke Mi Kober, tepat makan mi super pedas berlevel-level yang sangat terkenal dan laris manis di Surabaya, tapi sayangnya ketika kami sampai di sana, antriannya masih saja panjang, sama sekali gak berubah sejak sore tadi sepulangku dari House of Sampoerna. Jadi penasaran sepedas dan senikmat apa rasa mi mereka. Semoga kapan-kapan bisa mencicipi kuliner yang super laku keras ini.

6 Juli 2017 seharusnya jadi hari dimana aku dan Risma berangkat ke Malang. Tapi karena satu dan lain hal akhirnya kami gagal ke Malang hari itu dan diganti dengan main ke Kenjeran Park yang terletak di Pantai Kenjeran. Kenjeran Park atau yang lebih hits disebut KenPark merupakan taman ria yang dipenuhi dengan mainan standar taman ria seperti merry go round, ferris wheel, dan sebagainya. Ada juga Waterpark Atlantis Land Kenjeran yang masih terletak di area Ken Park. Dan masih banyak lagi. Tidak perlu membayar tiket masuk, hanya perlu membayar parkir sebesar 15.000 rupiah per motor, kami bisa menikmati semua fasilitas di sana, kecuali mungkin Waterparknya *cmiww*. Dan saat kami membayar parkir, kami mendapatkan koran Jawa Pos edisi hari itu. Unik banget kan?

Patung Budha Catur Muka
Dinamai Catur Muka karena bermuka empat di sisi kanan, kiri, depan, dan belakang.


Patung ini bukan sekedar patung, sepertinya tempatku berfoto ini adalah tempat untuk beribadah juga karena di depan patung ini disediakan pasir yang digunakan untuk menancapkan dupa-dupa yang digunakan untuk berdoa. Seselesainya aku berfoto, ada turis yang berhenti dan berdoa singkat di sana.


Karena kami ke sana sangat sore, jadi kami hanya mengunjungi patung Budha Catur Muka yang sangat besar dan keren banget. Di sana aku bisa lihat banyak orang-orang yang sepertinya Budha atau Konghucu yang berdoa singkat, sementara yang lain berfoto di depan patung Budha Catur Muka dan patung Gajah (aku gak tau namanya) yang ukurannya lebih kecil. Sayang sekali waktu kami sangat kurang karena saat kami berfoto di patung tersebut sudah hampir maghrib. Jadi kami gak melanjutkan berkeliling Kenjeran Park yang sangat luas, karena jalanan juga sudah sangat sepi. Jadi kami hanya sempat berfoto di depan gerbang yang aku pun gak tahu ada apa dibalik gerbang tersebut. Aku harap liburan tahun depan bisa ke Kenjeran Park lagi dan menjelahi semua tempat dan spot foto di sana. Sebelum pulang ke rumah Yangti, kami mampir makan malam dulu di Steak and Shake.

Itu dia liburanku di Surabaya. Kota yang amazing, banyak landmark yang terkenal yang belum semua sempat aku kunjungi. Semoga liburan-liburan selanjutnya akan lebih menyenangkan dan bisa mengunjungi tempat-tempat yang seru dan keren-keren lagi.


See you on my next post! Mudik-Liburan (Part 2)!

Comments

Popular posts from this blog

Review: Critical Eleven (Film)

PS: Postingan ini bukan hanya berisi review film, tapi juga sedikit cerita pengalaman nekat menonton film naik motor sendiri Taktakan-Serang-Cilegon panas-panasan saat puasa. Alhamdulillah, rasa penasaranku terobati. I’ve finally watched Critical Eleven! Ya, rasanya memang selalu kurang afdol jika kamu sudah membaca sebuah karya yang menurutmu menarik, tapi kamu tidak menyaksikan karya tersebut dalam bentuk film. Ketika film dari buku yang kamu sukai muncul, setidaknya ada perasaan penasaran dan dorongan untuk membandingkannya dengan buku yang sudah kamu baca, kan? Setidaknya itulah yang terjadi padaku. Sabtu, 10 Juni 2017, tepatnya sebulan setelah film Critical Eleven mulai tayang di bioskop, aku melihat postingan instagram Ika Natassa yang merupakan penulis novel Critical Eleven, katanya film yang diangkat dari novelnya itu masih tayang di beberapa bioskop, salah satunya di Cilegon. Tanpa babibu aku langsung mengecek jadwal film di Cinema XXI Cilegon dan mendapati bahwa ku

Gila Followers?

Pernah baca "FOLLBACK GUE DONG..." di timeline twitter kalian atau di mention tab kalian? atau   "eh, follow blog gue ya!" yang disisipkan di antara komentar postingan blog kalian? atau  "woy, gue baru bikin tumblr nih. follow back ya!"  lewat chat facebook kalian atau di timeline twitter? Nah, kali ini gue cuma mau sharing aja ya tentang pengalaman gue tentang si gila followers . Jujur, jaman gue masih SMP (baru kenal twitter) kerjaan gue selain ngetwit ya minta difollow back sama artis-artis mancanegara. Tapi lambat laun gue tahu bahwa minta follow back orang yang belum dikenal itu sangat mengganggu dan gak sopan. Nah, sejak itu gue gak pernah minta follow back lagi kecuali kepada temen-temen deket gue yang baru bikin twitter. Beberapa bulan yang lalu... eh udah setahun sih, gue mendapati temen gue minta di-follow-back tumblr-nya karena dia baru membuat tumblr . Dia memberitahukan gue lewat chat facebook . Nah, karena gue gak enak hati sam

Do Not Rape Our National Heritages!

Today we can hear so many news on television about our national heritage which are stolen by other country.  We can search on google with the keyword “mencuri kebudayaan” and there are more than a million result in less than a second. It proved that there were bunch of people find the information about it. What kind of national heritage which is stolen by that country? Why are they steal our national heritages? And how to solve this case? Our national heritages is not only tangible heritages like Candi Borobudur or Taman Nasional Komodo, but we also have so many Intangible cultural heritages which is manifested through these points below: 1. Oral traditions and expressions (including Language). e.g., Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, Bahasa Melayu, Bahasa Madura, Bahasa Padang, etcetera. 2. Performing arts (such as traditional music, dance and theatre) e.g., Gamelan (from Center Java, East Java and Bali), Tari Pendet (from Bali), Lenong (from Jakarta, Indonesia), etcetera