Skip to main content

Aku Rindu Kampus Lamaku

Aku rindu kampus lamaku.

Aku rindu saat pertama kali aku menginjakan kakiku di Bandung, aku rindu saat pertama kali aku turun dari taksi di depan FPBS, pertama kali aku buang air di toilet FPBS, menggunakan lift FPBS, mengantre di depan pintu untuk mengikuti SBMPTN praktek seni musik.

Aku rindu saat pertama kali aku membayar UKTku, masuk kedalam BAAK untuk mengantre daftar ulang.

Aku rindu saat kakak tingkatku menyambutku dengan meriah dan membawaku ke taman Partere yang sejuk sekali.

Aku rindu saat pertama kali aku bertemu dengan teman-teman sejurusan, dengan akang dan teteh pembimbing MORGEN.

Aku rindu saat pertama kali aku memperkenalkan diri di depan mereka, di Partere.

Aku rindu mengikuti MOKAKU UPI.

Aku rindu duduk di dalam Gymnasium bersama ratusan mahasiswa baru lainnya.

Aku rindu berangkat OSPEK pagi buta, memungut sampah yang sulit sekali ditemukan di kampus sebersih itu.

Aku rindu Kennenlernen yang seru sekali, MABIM yang dahsyat banget, LKM yang dilaksanakan 2 kali, disentak para komdis, PAB di puncak, kedinginan sampai kulit mengering, sakit perut di tengah hutan sampai merepotkan teman-teman, kepanasan naik truk sampai kulit menghitam, aku rindu rapat Ausflug, pelaksanaan Ausflug.

Kerajinan dari botol bekas dan pilinan koran. Lumayan untuk tempat pensil.
Dibuat di hari terakhir OSPEK di Gymnasium. Memecahkan rekor muri.

Jas almamater UPI. Ada emblem DSV.

Kaos MORGEN (OSPEK tingkat jurusan Pendidikan Bahasa Jerman). Dipakai saat PAB

Nametag MORGEN :')

Aku rindu belajar bersama para dosen, aku rindu mengerjakan tugas, aku rindu mengerjakan e-learning, aku rindu UTS, aku rindu UAS, aku rindu presentasi di depan kelas, aku rindu kerja kelompok bersama, aku rindu Tutorial SPAI, aku rindu belajar kesenian di sekre KABUMI, aku rindu berjalan kaki ke kampus dan ke kosanku, aku rindu ketika aku telat dan harus naik angkot, aku rindu bermain di kostan teman, aku rindu makan bersama mereka, aku rindu bermain di kostanku bersama teman-teman sampai kamarku panas dan pengap, aku rindu kostanku yang lama, aku rindu kostanku yang baru, aku rindu makan di Gerlong, aku rindu cari makan malam-malam, aku rindu roti kukus.

Di Partere. Ulang Tahun Fajri.

Ulang tahun Mega *kalau gak salah*

Kostan lama (sebelum pindahan)

Kostan baru (setelah pindahan)

Aku rindu ikut PPM.

On the way to SD Negeri Pelita II

Kelas 5A SD Pelita II



Aku rindu jalan-jalan sendirian, aku rindu tersesat di jalan Padjajaran, aku rindu makan sendirian, aku rindu belanja sendirian, aku rindu berjalan kaki ke bank Mandiri untuk mengambil uang.

Museum Konferensi Asia Afrika



Katanya sih dulunya swalayan gitu, sekarang sudah kalah sama yang lebih modern.

Aku rindu malam saat aku kebanjiran, aku rindu Taman-taman Kota Bandung, aku rindu berjalan-jalan bersama Aa, aku rindu memasak di kostannya, aku rindu semuanya.

Taman Lansia

Braga

Taman Lalu Lintas

Aku rindu semuanya.




Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Review: Critical Eleven (Film)

PS: Postingan ini bukan hanya berisi review film, tapi juga sedikit cerita pengalaman nekat menonton film naik motor sendiri Taktakan-Serang-Cilegon panas-panasan saat puasa. Alhamdulillah, rasa penasaranku terobati. I’ve finally watched Critical Eleven! Ya, rasanya memang selalu kurang afdol jika kamu sudah membaca sebuah karya yang menurutmu menarik, tapi kamu tidak menyaksikan karya tersebut dalam bentuk film. Ketika film dari buku yang kamu sukai muncul, setidaknya ada perasaan penasaran dan dorongan untuk membandingkannya dengan buku yang sudah kamu baca, kan? Setidaknya itulah yang terjadi padaku. Sabtu, 10 Juni 2017, tepatnya sebulan setelah film Critical Eleven mulai tayang di bioskop, aku melihat postingan instagram Ika Natassa yang merupakan penulis novel Critical Eleven, katanya film yang diangkat dari novelnya itu masih tayang di beberapa bioskop, salah satunya di Cilegon. Tanpa babibu aku langsung mengecek jadwal film di Cinema XXI Cilegon dan mendapati bahwa ku

Gila Followers?

Pernah baca "FOLLBACK GUE DONG..." di timeline twitter kalian atau di mention tab kalian? atau   "eh, follow blog gue ya!" yang disisipkan di antara komentar postingan blog kalian? atau  "woy, gue baru bikin tumblr nih. follow back ya!"  lewat chat facebook kalian atau di timeline twitter? Nah, kali ini gue cuma mau sharing aja ya tentang pengalaman gue tentang si gila followers . Jujur, jaman gue masih SMP (baru kenal twitter) kerjaan gue selain ngetwit ya minta difollow back sama artis-artis mancanegara. Tapi lambat laun gue tahu bahwa minta follow back orang yang belum dikenal itu sangat mengganggu dan gak sopan. Nah, sejak itu gue gak pernah minta follow back lagi kecuali kepada temen-temen deket gue yang baru bikin twitter. Beberapa bulan yang lalu... eh udah setahun sih, gue mendapati temen gue minta di-follow-back tumblr-nya karena dia baru membuat tumblr . Dia memberitahukan gue lewat chat facebook . Nah, karena gue gak enak hati sam

Do Not Rape Our National Heritages!

Today we can hear so many news on television about our national heritage which are stolen by other country.  We can search on google with the keyword “mencuri kebudayaan” and there are more than a million result in less than a second. It proved that there were bunch of people find the information about it. What kind of national heritage which is stolen by that country? Why are they steal our national heritages? And how to solve this case? Our national heritages is not only tangible heritages like Candi Borobudur or Taman Nasional Komodo, but we also have so many Intangible cultural heritages which is manifested through these points below: 1. Oral traditions and expressions (including Language). e.g., Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, Bahasa Melayu, Bahasa Madura, Bahasa Padang, etcetera. 2. Performing arts (such as traditional music, dance and theatre) e.g., Gamelan (from Center Java, East Java and Bali), Tari Pendet (from Bali), Lenong (from Jakarta, Indonesia), etcetera