Skip to main content

Review: Mary Poppins Returns (Film)


Lama gak nulis di blog. Aku punya banyak hutang tulisan sebenarnya, tapi beberapa diantaranya bikin bimbang untuk dibagikan di sini. Jadi, sementara aku kasih review film yang baru saja aku tonton minggu ini ya.

Well, i’ve watched two movies this week and one of them is (a continuation of  one of my favorite Disney Classics, Mary Poppins *cmiiw*) Mary Poppins Returns. Jadi Mary Poppins adalah cerita karya P.L. Travers tentang seorang Nanny (pengasuh) ajaib yang mengajak anak-anak yang diasuhnya berpetualang ke dunia ajaib yang gak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Buku P. L. Travers (tahun 1930an) kemudian dijadikan film drama musikal Disney yang diperankan oleh Julie Andrews dan Dick Van Dyke pada tahun 1964, yes, jadul banget dan keliatan banget pengambilan gambarnya di studio hehe tapi aku kecil sampai aku yang sekarang tetap suka film Mary Poppins tahun 1964. Dan itu juga yang membuat aku dan adikku tertarik untuk menonton Mary Poppins Returns.

So here’s the review of Mary Poppins Returns.

Poster Film Mary Poppins Returns
Sumber

Judul                     : Mary Poppins Returns
Genre                    : Drama, Musikal, Fantasi
Sutradara              : Rob Marshall
Produser               : Rob Marshall, John DeLuca, Mark Platt (sumber)
Tanggal Rilis        : 25 Desember 2018 (Indonesia)

Film ini berkisah tentang kembalinya Mary Poppins ke rumah nomor 17 Cherry Tree Lane, tempat dimana dia pernah bekerja sebagai pengasuh bagi dua orang anak bernama Jane dan Michael (Mary Poppins 1964). Di film ini tentu saja Mary Poppins sudah gak mengasuh Jane dan Michael Banks, melainkan tiga anak Michael, yang bernama John, Annabel, dan Georgie yang sudah gak punya ibu karena ibu mereka meninggal. Saat itu juga merupakan krisis ekonomi 1930 atau yang populer disebut Great Depression membuat keluarga Banks terlilit hutang dan kesulitan membayar hutang mereka. Karena hal ini, perhatian Michael Banks dan kakaknya, Jane Banks terhadap anak-anak Banks menjadi kurang. Mary Poppins kemudian datang secara ajaib untuk mengasuh sekaligus mendidik anak-anak Banks dengan cara yang berbeda dan tentu saja ajaib.

Buku Mary Poppins terjemahan Penerbit Qanita

Oke, langsung saja ke reviewnya.

Yang pertama alurnya maju, dimulai dengan menampilkan permasalahan yang dialami oleh keluarga Banks, kemudian kemunculan Mary Poppins dan petualangan anak-anak Banks dengan Mary Poppins hingga kepergian Mary Poppins.

Kedua, penokohannya. Menurutku pribadi, penokohan di Mary Poppins Returns gak kalah menarik dengan Mary Poppins 1964. Emily Blunt sebagai Mary Poppins dan Lin-Imanuel Miranda sebagai Jack si Tukang Lampu berhasil memerankan tokoh-tokoh utama dengan baik dan istimewa dengan cara mereka masing-masing yang gak bisa dibanding-bandingkan dengan Julie Andrews dan Dick Van Dyke. Chemistry mereka oke dan sangat hidup. Begitu juga tokoh-tokoh lainnya, mulai dari pemeran Jane dan Michael, anak-anak Banks yang agak nakal tapi menggemaskan dan polos, orang-orang di Bank, Topsy yang diperankan oleh Meryl Streep, serta Si Penjual Balon dan Ellen pengurus rumah keluarga Banks. Yang istimewa adalah penampilan Dick Van Dyke sebagai ketua Bank tempat Michael Banks bekerja, Mr. Dawes Jr yang seru dan mengingatkan kita semua bahwa sudah lebih dari setengah abad berlalu sejak Dick Van Dyke memerankan Bert si Tukang Cerobong Asap pada Mary Poppins 1964.

Kemudian latarnya yaitu Inggris tahun 1930an benar-benar ditampilkan dengan pas dan sesuai. Mulai dari pakaian hingga lingkungan sekitar seperti kendaraan, dan lampu jalan yang belum menggunakan lampu listrik melainkan dengan api seperti lentera (kurang tahu juga sih soal lampu jalan di Inggris tahun 1930an apakah seperti itu atau lebih canggih), dan keseluruhan suasana lumayan menggambarkan zaman dulu yang indah.

Kemudian dialog dan lagu-lagunya. Dialog Mary Poppins menggunakan bahasa Inggris zaman dulu tapi ya gak terlalu resmi juga. Aku sendiri senang sekali bisa menonton film dengan bahasa Inggris dengan logat British beserta istilah-istilah klasik seperti contohnya, spit spot! yang setelah kucari artinya adalah cepat! dan sebagainya. Lagu-lagu di film ini juga asik-asik ciri khas Mary Poppins yang ceria dan penuh makna. Semuanya lagu baru, maksudnya lagu yang pernah dinyanyikan di Mary Poppins 1964 gak dinyanyikan lagi di film ini, hanya instrumennya saja yang diputar sebentar dengan volume kecil karena hanya sebagai latar musik beberapa scene seperti scene saat Mary Poppins baru datang ke rumah keluarga Banks ada instrument lagu A spoonful of Sugar Helps The Medicine Go Down, dan scene di Bank ada instrumen lagu Feed The Birds Tuppence A Bag. Aku dan adikku jadi bernostalgia karena musiknya. Mungkin semua penggemar Mary Poppins pun demikian.

Salah satu adegan di Mary Poppins Returns
(Sumber)

Menurutku film Mary Poppins Returns benar-benar merupakan kelanjutan dari Mary Poppins 1964 karena ceritanya benar-benar berbeda walaupun jalan ceritanya mirip, Disney seperti gak mau film kelanjutan Mary Poppins berada di bawah bayang-bayang film sebelumnya yang sangat fenomenal. Sekadar meluruskan beberapa ekspektasi teman-teman yang mungkin mengira bahwa film Mary Poppins Returns adalah remake dari Mary Poppins 1964, karena P. L. Travers sendiri menuliskan beberapa buku kelanjutan Mary Poppins (belum kubaca semua) yang bisa jadi diangkat ke film Mary Poppins Returns (btw, ada bukunya yang berjudul Mary Poppins Comes Back).

Poster Film Mary Poppins (1964)
(Sumber)

Overall, Mary Poppins Returns adalah film keluarga yang menghibur dan menarik serta punya pesan moral. Sangat cocok ditonton liburan ini terutama oleh anak-anak.

4 dari 5 bintang untuk Mary Poppins Returns! Supercalifragilisticexpialidocious!

See you on my next post!

Comments

Popular posts from this blog

Review: Critical Eleven (Film)

PS: Postingan ini bukan hanya berisi review film, tapi juga sedikit cerita pengalaman nekat menonton film naik motor sendiri Taktakan-Serang-Cilegon panas-panasan saat puasa. Alhamdulillah, rasa penasaranku terobati. I’ve finally watched Critical Eleven! Ya, rasanya memang selalu kurang afdol jika kamu sudah membaca sebuah karya yang menurutmu menarik, tapi kamu tidak menyaksikan karya tersebut dalam bentuk film. Ketika film dari buku yang kamu sukai muncul, setidaknya ada perasaan penasaran dan dorongan untuk membandingkannya dengan buku yang sudah kamu baca, kan? Setidaknya itulah yang terjadi padaku. Sabtu, 10 Juni 2017, tepatnya sebulan setelah film Critical Eleven mulai tayang di bioskop, aku melihat postingan instagram Ika Natassa yang merupakan penulis novel Critical Eleven, katanya film yang diangkat dari novelnya itu masih tayang di beberapa bioskop, salah satunya di Cilegon. Tanpa babibu aku langsung mengecek jadwal film di Cinema XXI Cilegon dan mendapati bahwa ku

Review: Himouto! Umaru-chan (Anime TV Series)

Cover Serial Televisi Anime Himouto! Umaru-chan Judul                 : Himouto! Umaru-chan Penulis              : Takashi Aoshima Sutradara         : Masahiko Ohta Tahun Tayang : 2015 Himouto! Umaru-chan adalah serial manga yang  ditulis oleh Sankaku Head yang kemudian diadaptasi ke dalam serial televisi pada tahun 2015 lalu, tepatnya anime ini tayang pada tanggal 9 Juli 2015 hingga 24 September 2015. Kemarin saya baru saja selesai menonton serial anime ini. Hanya ada 12 episodes, sehingga tidak membutuhkan banyak waktu untuk mengetahui akhir cerita serial anime bergenre komedi ini. Umaru adalah seorang gadis SMA yang sangat pintar, berbakat, baik hati, sangat cantik, serta menarik, sangat sempurna sehingga semua orang menyukainya. Namun sifat-sifat tersebut berubah drastis seketika Umaru masuk ke dalam apartemen kecil kakaknya, Taihei. Umaru berubah menjadi seorang pemalas. Ia hanya mau bermain game, makan, dan tidur. Oke, langsung lanjut ke epis

Do Not Rape Our National Heritages!

Today we can hear so many news on television about our national heritage which are stolen by other country.  We can search on google with the keyword “mencuri kebudayaan” and there are more than a million result in less than a second. It proved that there were bunch of people find the information about it. What kind of national heritage which is stolen by that country? Why are they steal our national heritages? And how to solve this case? Our national heritages is not only tangible heritages like Candi Borobudur or Taman Nasional Komodo, but we also have so many Intangible cultural heritages which is manifested through these points below: 1. Oral traditions and expressions (including Language). e.g., Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, Bahasa Melayu, Bahasa Madura, Bahasa Padang, etcetera. 2. Performing arts (such as traditional music, dance and theatre) e.g., Gamelan (from Center Java, East Java and Bali), Tari Pendet (from Bali), Lenong (from Jakarta, Indonesia), etcetera