Skip to main content

Pengalaman Pertama Naik Perahu ke Pulau Tabuhan hingga Mendaki Ijen

Sabtu dan Minggu, 22 dan 23 September lalu aku dan beberapa teman dari Kelas B TOEFL Camp Elfast Kampung Inggris liburan ke Banyuwangi, wilayah paling ujung timur pulau Jawa, yang ketika memasuki daerah pelabuhan Ketapang jam di handphone kadang berubah menjadi WITA.

Kami berangkat pada Jumat malam setelah TOEFL scoring dengan mobil travel. Aku gak tau pasti rate harga rata-rata travel ke Banyuwangi dari Kediri, tapi menurut beberapa informasi---di Kecamatan Pare sendiri dimana terdapat banyak penyedia jasa perjalanan---rata-rata rate harga perjalanan dari Pare ke Banyuwangi memang murah. Tujuan kami adalah ke Pantai Mutiara dan Gunung Ijen selama dua hari, dan kami hanya perlu membayar biaya Rp. 150,000/orang (perjalanan dan tiket masuk pantai dan gunung), makan dan jajan gak termasuk, murah kan?

Perjalanan memakan waktu sekitar 8 jam, sesekali kami berhenti untuk solat dan makan. Kami sampai di Pantai Mutiara Banyuwangi sekitar jam 9 untuk santai-santai dan berfoto, baru setelah itu kami menyewa perahu ke Pulau Tabuhan untuk 13 orang seharga Rp. 50,000/orang belum termasuk snorkeling seharga Rp. 25,000/orang untuk sewa alat. Lagi, murah kan? Setidaknya itu murah untukku yang membeli pengalaman pertama mengapung menyeberangi laut menuju pulau kecil dengan perahu kecil.

Pantai Mutiara cantik, tapi pasirnya hitam, jadi kurang gereget aja gitu untuk foto-foto.

Siap nyeberang!



Aku gak ikutan mereka nyebur. Tapi aku tetep bahagia.



Pulau Tabuhan adalah pulau gak berpenghuni dengan pasir putih yang dipenuhi karang dan kerang-kerang cantik dengan air laut yang jernih luar biasa. Walaupun gak berpenghuni, tapi di sana ada warung tempat wisatawan bisa beristirahat dan makan-makan. Suka banget dengan pulau ini. Sangat instagramable lah pokoknya. Sayang banget aku gak bawa kamera.

Pulau Tabuhan yang pasirnya putih bersih, banyak karang dan kerang-kerang berserakan.

Sorenya kami balik lagi ke Pantai Mutiara dan bersih-bersih sebelum berangkat ke Gunung Ijen untuk mendaki tengah malamnya. Long story short, kami sampai di Gunung Ijen setelah sekitar 3 jam perjalanan dari Pantai Mutiara. Kami kemudian persiapan mendaki (aku sendiri hanya memakai kaos lengan panjang, jaket, dan celana bahan, serta masker, tas hanya kuisi dengan sebotol minuman, permen, hp, dan dompet), membiasakan dengan suhu dingin Gunung Ijen, dan beberapa tidur untuk mengumpulkan energi.

Sekitar jam 1 pagi kami mulai mendaki. Awalnya aku merasa agak kedinginan, tapi setelah 5 menit berjalan aku sama sekali gak kedinginan (mungkin karena otak ini lebih memikirkan sejauh apa Kawah Ijen daripada dinginnya malam itu). Sebenarnya estimasi kami untuk sampai ke Kawah Ijen untuk melihat blue fire yang fenomenal itu sekitar 2 jam, tapi pada akhirnya kami ngaret sekitar satu jam karena selama perjalanan kami sering beristirahat selama beberapa saat (like every 5-10 minutes walking). Perjalanan menuju Kawah Ijen itu gak akan pernah aku lupakan selamanya. Saat itu spesial, bukan karena saat itu adalah pertama kalinya aku naik gunung yang benar-benar gunung (karena selama ini hanya bisa menanjak gunung kecil), tapi juga untuk pertama kalinya aku pergi jauh dan lama bersama orang-orang baru yang kompak dan setia. Terimakasih kepada teman-teman mendakiku saat itu.

Saat sampai di pagar-pagar menuju Kawah Ijen, entah gimana ceritanya kami bisa berpisah dengan yang lain. Aku bersama Anggi, Jecky, dan Ernest turun ke bawah menuju Kawah Ijen, sementara yang lain melanjutkan perjalanan ke atas karena jalan menuju kawah sangat ramai dan antre katanya (memang iya sih, tapi kami berempat yang terlanjur penasaran dengan Kawah Ijen tetap ikut mengantre turun sampai kawah). Perjalanan turun menuju kawah pun memakan waktu sekitar satu jam karena medannya yang berpasir membuat kami harus jalan pelan-pelan dan menghabiskan energi mengerem dengan kaki, beberapa kali aku juga terpeleset karena saking licinnya.

Akhirnya kami berhasil mencapai blue fire yang hanya ada 2 di dunia itu. Aku sebenarnya agak heran karena yang kulihat di beberapa foto di internet penampakan blue fire sangat banyak dan besar-besar, tapi yang kulihat saat itu sangat kecil seperti api biru kompor gas. Tapi apapun bentuknya, aku bangga bisa melihat blue fire yang sangat terkenal itu secara langsung dengan perjuangan yang luar biasa. Setelah beberapa menit kami menikmati blue fire dan berfoto, kami kembali ke atas. Perjalanan ke atas memakan waktu lebih lama karena kami habiskan dengan berfoto, berfoto, dan berfoto, selain itu juga kami banyak beristirahat karena track yang curam dan berpasir membuat kami sangat lelah menanjak.

Blue Fire





Mereka sudah mondar-mandir di kawah sejak malam untuk menambang belerang. God bless them.

Dan perjalanan untuk turun gunung pun gak kalah melelahkan, malah bisa dibilang perjalanan turunnya yang lebih bikin lelah karena kaki kami harus mengerem dan menahan tubuh agar gak terpeleset, karena jalannya berpasir dan licin. Sebenarnya aku tergoda untuk naik ojek (bukan motor, tapi semacam kereta dimana di atasnya terdapat tempat duduk atau matras yang ditarik oleh manusia) tapi urung karena... yang bener aja, masa tinggal turun aja gak kuat. Lagipula aku kasihan dengan orang-orang yang menarik kereta itu, aku bahkan melihat satu kereta ditarik oleh dua orang di depan dan didorong oleh dua orang di belakangnya karena penumpangnya sangat berat.

Perjalanan turun gunung yang ternyata lebih melelahkan daripada naik gunungnya.

Good bye Ijen, sampai jumpa lagi kapan-kapan. Dan untuk kalian, kalian solid dan luar biasa!

And we finally back to our camp. Kami sampai pada Minggu malam dan beristirahat secepatnya.

Aku gak akan pernah lupa petualangan ini. Ini salah satu perjalanan paling berkesan dalam hidup. Semoga aku bisa menikmati perjalanan semenyenangkan ini lagi secepatnya.

See you on my next post!

Comments

  1. Abis dari Ijen harunya jelajah lainnya di Banyuwaing, masih banyak destinasi yang indah di sana hahhahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. maunya sih gitu, tapi kan rombongan, mana bisa ngatur hehe.

      Delete
  2. Mbak, blue firenya keren banget, bikin mupeng, ahh kapan ya aku bisa traveling kesana

    ReplyDelete
    Replies
    1. harus banget ke sana. aku aja yang baru pertama kali naik gunung langsung ketagihan. gak terlalu capek soalnya jalanannya enak.

      Delete
  3. YA AMPUN!!!

    YA AMPUUUUUN!!!

    PULAU TABUHAN SAMA KAWAH IJEN YA AMPOOOON. DESTINASI WISATA YANG KEMARIN SAYA SENGAJA LEWATKAN BEGITU SAJA SAAT DI BANYUWANGI :'

    EMAAP, NGAPA CAPSLOCK SAYA GA NYANTE YA.

    cek,
    cek,

    okay lanjut.

    InsyaAllah next di lain kesempatan, ingin ke dua tempat itu ah kalau ke Banyuwangi lagi :')

    ReplyDelete
    Replies
    1. harus bangettt. sama little africa juga tuh taman nasionalnya keren. aku pengen banget juga ke sana.

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Review: Critical Eleven (Film)

PS: Postingan ini bukan hanya berisi review film, tapi juga sedikit cerita pengalaman nekat menonton film naik motor sendiri Taktakan-Serang-Cilegon panas-panasan saat puasa. Alhamdulillah, rasa penasaranku terobati. I’ve finally watched Critical Eleven! Ya, rasanya memang selalu kurang afdol jika kamu sudah membaca sebuah karya yang menurutmu menarik, tapi kamu tidak menyaksikan karya tersebut dalam bentuk film. Ketika film dari buku yang kamu sukai muncul, setidaknya ada perasaan penasaran dan dorongan untuk membandingkannya dengan buku yang sudah kamu baca, kan? Setidaknya itulah yang terjadi padaku. Sabtu, 10 Juni 2017, tepatnya sebulan setelah film Critical Eleven mulai tayang di bioskop, aku melihat postingan instagram Ika Natassa yang merupakan penulis novel Critical Eleven, katanya film yang diangkat dari novelnya itu masih tayang di beberapa bioskop, salah satunya di Cilegon. Tanpa babibu aku langsung mengecek jadwal film di Cinema XXI Cilegon dan mendapati bahwa ku

Review: Himouto! Umaru-chan (Anime TV Series)

Cover Serial Televisi Anime Himouto! Umaru-chan Judul                 : Himouto! Umaru-chan Penulis              : Takashi Aoshima Sutradara         : Masahiko Ohta Tahun Tayang : 2015 Himouto! Umaru-chan adalah serial manga yang  ditulis oleh Sankaku Head yang kemudian diadaptasi ke dalam serial televisi pada tahun 2015 lalu, tepatnya anime ini tayang pada tanggal 9 Juli 2015 hingga 24 September 2015. Kemarin saya baru saja selesai menonton serial anime ini. Hanya ada 12 episodes, sehingga tidak membutuhkan banyak waktu untuk mengetahui akhir cerita serial anime bergenre komedi ini. Umaru adalah seorang gadis SMA yang sangat pintar, berbakat, baik hati, sangat cantik, serta menarik, sangat sempurna sehingga semua orang menyukainya. Namun sifat-sifat tersebut berubah drastis seketika Umaru masuk ke dalam apartemen kecil kakaknya, Taihei. Umaru berubah menjadi seorang pemalas. Ia hanya mau bermain game, makan, dan tidur. Oke, langsung lanjut ke epis

Do Not Rape Our National Heritages!

Today we can hear so many news on television about our national heritage which are stolen by other country.  We can search on google with the keyword “mencuri kebudayaan” and there are more than a million result in less than a second. It proved that there were bunch of people find the information about it. What kind of national heritage which is stolen by that country? Why are they steal our national heritages? And how to solve this case? Our national heritages is not only tangible heritages like Candi Borobudur or Taman Nasional Komodo, but we also have so many Intangible cultural heritages which is manifested through these points below: 1. Oral traditions and expressions (including Language). e.g., Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, Bahasa Melayu, Bahasa Madura, Bahasa Padang, etcetera. 2. Performing arts (such as traditional music, dance and theatre) e.g., Gamelan (from Center Java, East Java and Bali), Tari Pendet (from Bali), Lenong (from Jakarta, Indonesia), etcetera