Skip to main content

Berkunjung ke Destinasi Kekinian di Tulungagung


9 hingga 13 Oktober lalu aku mengunjungi Mbah Kung dan Mbah Putri di Tulungagung, sebuah kabupaten di bagian selatan provinsi Jawa Timur yang kaya akan marmer---hmm tapi kita gak akan ngomongin marmer, itu sih koleksi Mamaku, yang jadi koleksiku adalah pengalaman jalan-jalan yang seru. Yes, karena aku adalah milenial yang lebih suka membeli pengalaman daripada benda-benda, itu juga sejalan dengan apa yang ditulis Prof. Rhenald Kasali yang kemudian dikutip oleh Menteri Pariwisata, Arief Yahya pada tulisannya bahwa perilaku konsumen (zaman sekarang) sangat dipengaruhi oleh faktor pengakuan dari sesama (3F), yaitu friends, followers, and fans (Yahya, 22 November 2017). Nah, dari situlah dicanangkannya destinasi digital sebagai implementasi dari esteem economy yang berfokus pada peningkatan rasa percaya diri masyarakat karena faktor pengakuan dari sesamanya. Destinasi digital sendiri adalah terobosan Kementerian Pariwisata untuk meningkatkan pariwisata di era digital (Admin Dispar, 13 Desember 2017). Destinasi digital dilatarbelakangi oleh perubahan cara pandang wisatawan dalam mengeksplorasi setiap destinasi yang dikunjugi akibat pengaruh dunia digital. Zaman sekarang masyarakat disibukan dengan kegiatan mengabadikan momen-momen berwisata dengan foto dan video yang kemudian mereka unggah ke berbagai platform media sosial dan blog yang mereka miliki dengan tujuan memenuhi hasrat menampilkan diri mereka atau memenuhi kebutuhan untuk diakui oleh masyarakat dunia maya atau netizen, dan destinasi-destinasi wisata yang berkembang akibat peran wisatawan yang secara gak langsung telah mempromosikan destinasi-destinasi wisata tersebut melalui berbagai platform media sosial dan blog mereka itu disebut destinasi digital.

Destinasi semacam ini sudah sudah berkembang dimana-mana, termasuk di tanah kelahiranku, Tulungagung. Sebagai generasi milenial yang doyan jalan-jalan untuk di-update ke berbagai media sosial, pastilah aku gak mau melewatkan waktu liburanku hanya di rumah, aku mengunjungi 2 tempat yang memenuhi kriteria destinasi kekinian, yaitu Hobitton Kopi Dokar dan Kampung Pelangi Mulyosari. Let’s start with the Hobbiton first. Wisata Rumah Hobbit belakangan memang hits di kalangan anak muda, wisata yang diadopsi dari film serial Lord of The Rings ini awalnya booming di Bandung *cmiiw*, kemudian menyusul daerah-daerah lain, seperti salah satunya Tulungagung. Hobbiton Kopi Dokar ini terletak di Desa Karanganom, Kecamatan Kauman, Kabupaten Tulungagung yang bisa ditempuh selama 5 menit dengan motor dari Desa Tiudan, rumah Mbah Kung, kalau dari Alun-alun Tulungagung mungkin menghabiskan waktu 30 menit perjalanan dengan motor. Oh ya, kenapa namanya Hobbiton Kopi Dokar? Well, actually namanya Dokar Dream Land sih, tapi keluargaku menyebutnya Hobbitton Kopi Dokar atau Hobbiton saja, nah, disebut demikian karena tempat wisata tersebut adalah milih Perusahaan Kopi Dokar (PT. Cahaya Pasific Raya) (sumber), itulah kenapa kami dapat menukarkan tiket seharga Rp. 10,000 dengan secangkir kopi dokar yang rasanya lumayan enak, i wonder why they don’t sell it here in Banten.

Di sana terdapat beberapa rumah Hobbit yang beberapa diantaranya bisa dimasuki orang, bahkan di salah satu rumah tersebut ada yang memuat poster-poster Lord of The Rings, barang-barang unik dari film tersebut, serta semacam alat penggilingan kopi *cmiiw. Pemandangan di area Dokar Dream Land ini juga indah dan asri, walaupun areanya cenderung kecil, tapi pemanfaatan lahannya sangat maksimal. Terdapat air mancur buatan, sungai kecil sungguhan yang suara airnya menentramkan jiwa, jembatan-jembatan cantik, area outbond, dan bukit-bukit buatan yang di atasnya dibangun rumah-rumah Hobbit. Kemudian di sisi lain terdapat kantin yang dikelilingi beberapa rumah Hobbit lain, juga kolam untuk terapi ikan. Benar-benar tempat yang bagus untuk piknik keluarga. Overall, rumah Hobbit ini merupakan ide menarik untuk dibangun di Tulungagung terutama di daerah Desa Karanganom, mengingat kabupaten ini memang banyak tempat wisata dari pantai hingga pegunungan sejuk, namun masih minim tempat wisata kreatif.

Salah satu rumah Hobbit yang bisa kita masuki.
Btw waktu itu masih pagi sekitar jam 10 tapi panasnya luar biasa, rasanya seperti sudah siang.

Pemandangan sebagian area Dokar Dream Land yang asri dan seperti taman.

Di dalamnya ada poster-poster Lord of The Rings dan mesin kopi yang aku gak tau namanya apa.

Salah satu rumah Hobbit di sekitar kantin.

Selanjutnya adalah Kampung Pelangi Mulyosari. Kampung tematik yang terletak di Desa Mulyosari, Kecamatan Pagerwojo, Kabupaten Tulungagung ini sebenarnya terinspirasi dari kampung warna-warni lainnya yang memang sudah terlebih dulu sukses menarik pengunjung hingga booming di dunia maya seperti Kampung Warna-warni Jodipan di Malang dan Kampung Pelangi Randusari Jogja.

Rumah yang dicat berwarna-warni, spot foto yang instagramable dan lucu-lucu, sudut-sudut hijau, taman yang dilengkapi dengan air mancur musik, hingga kolam renang kecil melengkapi Kampung Pelangi Mulyosari. Yang menurutku unik dari kampung ini adalah area taman yang ditengahnya terdapat air mancur musik dan area outbound kecil yang mungkin masih dalam proses pengembangan, karena mainannya baru sedikit. Selebihnya sama seperti kampung tematik lainnya. Aku sendiri sangat mendukung menjamurnya kampung tematik seperti ini, karena selain menambah referensi untuk melepas penat di akhir pekan, warga sekitar juga bisa membuka usaha kecil-kecilan dan belajar untuk terbuka melayani pengunjung yang datang, serta senantiasa terbuka untuk segala kebaruan. Semoga semakin banyak orang-orang yang membangun kampung tematik, gak harus warna-warni, tema apapun bisa asal positif dan asik, apalagi kalau ditambah program-program seru untuk warga dan pengunjung pasti makin oke.

 






Yup, itu dia perjalananku ke destinasi-destinasi kekinian di Tulungagung, aku yakin masih ada destinasi kekinian lainnya di sana, mungkin tahun depan saat mudik aku bisa mengunjungi lainnya. Semoga selalu dilimpahkan rezeki dan kesempatan untuk berkunjung ke tempat-tempat asik di Indonesia dan luar negeri. Aamiin.

See you on my next post!

Comments

  1. Aku kepengen banget ke tempat nuansa hobbit gini deh. Liat2 postingan tentang tempat hits ini di sosmed jadi penasaran banget. Emang aslinya suka sama filmnya.

    Makasih mbak sharingnya ��

    ReplyDelete
    Replies
    1. pergi lah hehe, sekarang udah banyak kok rumah hobbit di kota-kota lain.

      Delete
  2. Rumah hobbitnya instagramable ya mba :' sukaaaaak wkwkw

    ReplyDelete
  3. Keren sangat nihh tempatnya mba. memang top dehh..hhhe

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Review: Critical Eleven (Film)

PS: Postingan ini bukan hanya berisi review film, tapi juga sedikit cerita pengalaman nekat menonton film naik motor sendiri Taktakan-Serang-Cilegon panas-panasan saat puasa. Alhamdulillah, rasa penasaranku terobati. I’ve finally watched Critical Eleven! Ya, rasanya memang selalu kurang afdol jika kamu sudah membaca sebuah karya yang menurutmu menarik, tapi kamu tidak menyaksikan karya tersebut dalam bentuk film. Ketika film dari buku yang kamu sukai muncul, setidaknya ada perasaan penasaran dan dorongan untuk membandingkannya dengan buku yang sudah kamu baca, kan? Setidaknya itulah yang terjadi padaku. Sabtu, 10 Juni 2017, tepatnya sebulan setelah film Critical Eleven mulai tayang di bioskop, aku melihat postingan instagram Ika Natassa yang merupakan penulis novel Critical Eleven, katanya film yang diangkat dari novelnya itu masih tayang di beberapa bioskop, salah satunya di Cilegon. Tanpa babibu aku langsung mengecek jadwal film di Cinema XXI Cilegon dan mendapati bahwa ku

Gila Followers?

Pernah baca "FOLLBACK GUE DONG..." di timeline twitter kalian atau di mention tab kalian? atau   "eh, follow blog gue ya!" yang disisipkan di antara komentar postingan blog kalian? atau  "woy, gue baru bikin tumblr nih. follow back ya!"  lewat chat facebook kalian atau di timeline twitter? Nah, kali ini gue cuma mau sharing aja ya tentang pengalaman gue tentang si gila followers . Jujur, jaman gue masih SMP (baru kenal twitter) kerjaan gue selain ngetwit ya minta difollow back sama artis-artis mancanegara. Tapi lambat laun gue tahu bahwa minta follow back orang yang belum dikenal itu sangat mengganggu dan gak sopan. Nah, sejak itu gue gak pernah minta follow back lagi kecuali kepada temen-temen deket gue yang baru bikin twitter. Beberapa bulan yang lalu... eh udah setahun sih, gue mendapati temen gue minta di-follow-back tumblr-nya karena dia baru membuat tumblr . Dia memberitahukan gue lewat chat facebook . Nah, karena gue gak enak hati sam

Do Not Rape Our National Heritages!

Today we can hear so many news on television about our national heritage which are stolen by other country.  We can search on google with the keyword “mencuri kebudayaan” and there are more than a million result in less than a second. It proved that there were bunch of people find the information about it. What kind of national heritage which is stolen by that country? Why are they steal our national heritages? And how to solve this case? Our national heritages is not only tangible heritages like Candi Borobudur or Taman Nasional Komodo, but we also have so many Intangible cultural heritages which is manifested through these points below: 1. Oral traditions and expressions (including Language). e.g., Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, Bahasa Melayu, Bahasa Madura, Bahasa Padang, etcetera. 2. Performing arts (such as traditional music, dance and theatre) e.g., Gamelan (from Center Java, East Java and Bali), Tari Pendet (from Bali), Lenong (from Jakarta, Indonesia), etcetera