Skip to main content

Tentang Kuliahku

Kuliah adalah masa paling menyenangkan selama masa pendidikanku sejauh ini. Ketika banyak orang dan tulisan-tulisan dimanapun yang kubaca yang mengungkapkan betapa bebasnya anak kuliahan, betapa penuh tanggungjawabnya anak kuliahan, dan suka duka lainnya, aku pelan-pelan mengiyakan apa yang mereka tulis dan katakan.

Kuliah adalah masa dimana aku berkembang pesat. Lebih dewasa, maksudnya terus berusaha untuk bertanggungjawab tapi lebih santai dan menghilangkan sifat perfeksionis yang berlebihan, aku sudah seperti orang dewasa yang banyak pikiran dan hal remeh-temeh bukan lagi jadi urusan besar.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, tempat yang menaungiku selama empat tahun. Tempat dimana aku pelan-pelan berdamai dengan kenyataan namun masih menjaga harapan. Gap year dan segala drama sebelum aku berada di kampusku yang sekarang membuatku berkata “seharusnya, seharusnya, seharusnya” di awal, namun berminggu-minggu, berbulan-bulan, bertahun-tahun aku merenung dan berpikir, lama-lama aku semakin mengerti, semakin bisa memaknai, menikmati, dan jadi semakin bahagia dan bersyukur berada di tempat yang tepat.

Teman-teman baik hati, seru, menyenangkan, menyebalkan, munafik, menjijikan telah kutemui. Aku belajar banyak karakter di sana. Dosen-dosen dan semua orang yang pernah dihadapkan denganku yang bermacam-macam jenisnya itu juga membuatku semakin mengerti bahwa duniaku selama ini hanya sekecil itu, dan sebenarnya aku perlu bertemu lebih banyak orang lagi agar tahu hal yang lebih besar.

Kelompok-kelompok, perkumpulan, komunitas, organisasi, dan sebagainya ada di sekelilingku, aku hanya tinggal memilih mau ikut yang mana, belajar dimana, dan dengan siapa. Di kampus, aku bergabung dengan komunitas seru yang ternyata berhasil mengembangkan pola pikir dan pribadiku, walaupun gak banyak dan signifikan, tapi di sana aku berkembang.

Mata kuliah Ilmu Komunikasi yang hampir semuanya seru, kecuali yang ada kata “politik”nya. Semuanya membuatku tertarik dan mau belajar, setidaknya mendengarkan di kelas, selebihnya kadang-kadang kalau mau ujian. Tapi belajar tanpa paksaan memang menyenangkan, mahasiswa kan bebas, yang penting bertanggungjawab. Gara-gara aku ikhlas belajar, pelan-pelan aku bisa meningkatkan nilai-nilaiku di setiap semesternya. Tanpa menengok ke kanan dan kiri, tanpa merasa bersaing dengan siapapun kecuali diri sendiri, aku berhasil mendapatkan nilai yang bagus, walaupun bukan yang terbaik tapi sejauh aku menempuh pendidikan, baru kali ini aku bangga dengan diriku dan segala pencapaianku selama empat tahun ini.

Empat tahun yang kuhabiskan dengan mencicipi berbagai rasa yang ketika kurangkum aku mendapatkan rasa seru dan patut dikenang. Belajar dan bermain, saat ujian dengan jujur dan menyontek atau memberi sontekan, saat tugas kelompok tapi aku hanya mengerjakan sedikit atau aku yang mengerjakan semuanya, tidur di kost teman atau seringnya pulang malam dari radio, piknik ke luar kota terdekat kemudian besoknya ikut acara-acara seru dan seminar lainnya, mengerjakan skripsi kemudian menunggu dosen untuk bimbingan bahkan sampai seharian, makan di kantin atau seringnya di lab radio dan di kost teman, dan sebagainya.





Empat tahunku menyenangkan. Sidang skripsiku berjalan hampir sempurna, perayaan ini-itu di akhir kuliah juga seru dan banyak hadiah, doa, dan ucapan selamat. Empat tahunku sangat menyenangkan.





See you on my next post!

Comments

  1. Wahh selamat ya mba semoga untuk kedepannya bisa sukses selalu dan segala urusannya di berikan kmudahan oleh Allah swt.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe saya malah masih semester 3 jadi masih di bayangin rasa rasa takut akan skripsi dan sidang nantinya :D.

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Review: Critical Eleven (Film)

PS: Postingan ini bukan hanya berisi review film, tapi juga sedikit cerita pengalaman nekat menonton film naik motor sendiri Taktakan-Serang-Cilegon panas-panasan saat puasa. Alhamdulillah, rasa penasaranku terobati. I’ve finally watched Critical Eleven! Ya, rasanya memang selalu kurang afdol jika kamu sudah membaca sebuah karya yang menurutmu menarik, tapi kamu tidak menyaksikan karya tersebut dalam bentuk film. Ketika film dari buku yang kamu sukai muncul, setidaknya ada perasaan penasaran dan dorongan untuk membandingkannya dengan buku yang sudah kamu baca, kan? Setidaknya itulah yang terjadi padaku. Sabtu, 10 Juni 2017, tepatnya sebulan setelah film Critical Eleven mulai tayang di bioskop, aku melihat postingan instagram Ika Natassa yang merupakan penulis novel Critical Eleven, katanya film yang diangkat dari novelnya itu masih tayang di beberapa bioskop, salah satunya di Cilegon. Tanpa babibu aku langsung mengecek jadwal film di Cinema XXI Cilegon dan mendapati bahwa ku

Review: Himouto! Umaru-chan (Anime TV Series)

Cover Serial Televisi Anime Himouto! Umaru-chan Judul                 : Himouto! Umaru-chan Penulis              : Takashi Aoshima Sutradara         : Masahiko Ohta Tahun Tayang : 2015 Himouto! Umaru-chan adalah serial manga yang  ditulis oleh Sankaku Head yang kemudian diadaptasi ke dalam serial televisi pada tahun 2015 lalu, tepatnya anime ini tayang pada tanggal 9 Juli 2015 hingga 24 September 2015. Kemarin saya baru saja selesai menonton serial anime ini. Hanya ada 12 episodes, sehingga tidak membutuhkan banyak waktu untuk mengetahui akhir cerita serial anime bergenre komedi ini. Umaru adalah seorang gadis SMA yang sangat pintar, berbakat, baik hati, sangat cantik, serta menarik, sangat sempurna sehingga semua orang menyukainya. Namun sifat-sifat tersebut berubah drastis seketika Umaru masuk ke dalam apartemen kecil kakaknya, Taihei. Umaru berubah menjadi seorang pemalas. Ia hanya mau bermain game, makan, dan tidur. Oke, langsung lanjut ke epis

Do Not Rape Our National Heritages!

Today we can hear so many news on television about our national heritage which are stolen by other country.  We can search on google with the keyword “mencuri kebudayaan” and there are more than a million result in less than a second. It proved that there were bunch of people find the information about it. What kind of national heritage which is stolen by that country? Why are they steal our national heritages? And how to solve this case? Our national heritages is not only tangible heritages like Candi Borobudur or Taman Nasional Komodo, but we also have so many Intangible cultural heritages which is manifested through these points below: 1. Oral traditions and expressions (including Language). e.g., Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, Bahasa Melayu, Bahasa Madura, Bahasa Padang, etcetera. 2. Performing arts (such as traditional music, dance and theatre) e.g., Gamelan (from Center Java, East Java and Bali), Tari Pendet (from Bali), Lenong (from Jakarta, Indonesia), etcetera