Skip to main content

Book Fair: Big Bad Wolf 2018

Alhamdulillah, tahun ini bisa kembali ke book fair besar tahunan selalu ditunggu-tunggu oleh semua pecinta buku, Big Bad Wolf. Tahun ini Big Bad Wolf diselenggarakan mulai tanggal 29 Maret hingga 9 April 2018 dan masih di Indonesia Convention Exhibition BSD Tangerang.

Kalau tahun lalu aku punya banyak waktu untuk memilih-milih buku dan punya sedikit lebih banyak uang, tahun ini aku tidak memiliki keduanya karena akhir-akhir ini uangku habis untuk berbagai kebutuhan (skripsi), dan aku ke BBW mendadak, aku hanya punya kurang lebih 1 jam untuk berkeliling di area pameran karena aku baru berangkat sore dari Serang dan itu membuatku terburu-buru karena takut pulangnya gak dapat bus ke Serang. Walau dikejar waktu dan hanya membeli sebuah buku, tapi aku tetap bersyukur karena tahun ini aku bisa merasakan kemeriahan salah satu book fair terbesar di Indonesia tersebut. Berada di tengah-tengah buku-buku membuatku merasa bahagia dan rasanya ingin kubeli semua yang kusuka jika aku adalah istri pengusaha kaya raya yang hartanya gak akan habis sampai 17 turunan.

Oh ya, Big Bad Wolf tahun ini ada perbedaan yang lumayan signifikan, salah satunya yang paling terasa adalah food court yang besar yang menyediakan berbagai jenis makanan mulai dari ayam nasi, sampai sushi. Metode pembayarannya dengan tap card yang harus diisi dulu di counter.

Nah, buku yang kubeli adalah kumpulan cerita anak-anak tentang segala hal yang bernuansa magical yang memuat berbagai magical creatures seperti unicorn dan mermaid. Kebetulan buku ini adalah buku yang hampir kubeli tahun lalu sebelum aku menyadari bahwa aku harus menyisihkan uang untuk kebutuhan hidup dan pergaulan selama sisa bulan April 2017, jadi aku sangat senang masih bisa menemukan buku ini tahun ini. Buku ini belum kubaca tapi akan segera kubaca.


Ini loh buku yang kumaksud. Lucu banget sampulnya ada kain flanelnya gitu warna ungu.


Itu dia sedikit cerita tentang Big Bad Wolf 2018, semoga tahun depan aku bisa ke Big Bad Wolf lagi dan memborong banyak buku. Yes, harus bisa karena tahun depan inshaallah aku sudah lulus dan punya pekerjaan bagus.

See you on my next post!

Comments

Popular posts from this blog

Review: Critical Eleven (Film)

PS: Postingan ini bukan hanya berisi review film, tapi juga sedikit cerita pengalaman nekat menonton film naik motor sendiri Taktakan-Serang-Cilegon panas-panasan saat puasa. Alhamdulillah, rasa penasaranku terobati. I’ve finally watched Critical Eleven! Ya, rasanya memang selalu kurang afdol jika kamu sudah membaca sebuah karya yang menurutmu menarik, tapi kamu tidak menyaksikan karya tersebut dalam bentuk film. Ketika film dari buku yang kamu sukai muncul, setidaknya ada perasaan penasaran dan dorongan untuk membandingkannya dengan buku yang sudah kamu baca, kan? Setidaknya itulah yang terjadi padaku. Sabtu, 10 Juni 2017, tepatnya sebulan setelah film Critical Eleven mulai tayang di bioskop, aku melihat postingan instagram Ika Natassa yang merupakan penulis novel Critical Eleven, katanya film yang diangkat dari novelnya itu masih tayang di beberapa bioskop, salah satunya di Cilegon. Tanpa babibu aku langsung mengecek jadwal film di Cinema XXI Cilegon dan mendapati bahwa ku

Gila Followers?

Pernah baca "FOLLBACK GUE DONG..." di timeline twitter kalian atau di mention tab kalian? atau   "eh, follow blog gue ya!" yang disisipkan di antara komentar postingan blog kalian? atau  "woy, gue baru bikin tumblr nih. follow back ya!"  lewat chat facebook kalian atau di timeline twitter? Nah, kali ini gue cuma mau sharing aja ya tentang pengalaman gue tentang si gila followers . Jujur, jaman gue masih SMP (baru kenal twitter) kerjaan gue selain ngetwit ya minta difollow back sama artis-artis mancanegara. Tapi lambat laun gue tahu bahwa minta follow back orang yang belum dikenal itu sangat mengganggu dan gak sopan. Nah, sejak itu gue gak pernah minta follow back lagi kecuali kepada temen-temen deket gue yang baru bikin twitter. Beberapa bulan yang lalu... eh udah setahun sih, gue mendapati temen gue minta di-follow-back tumblr-nya karena dia baru membuat tumblr . Dia memberitahukan gue lewat chat facebook . Nah, karena gue gak enak hati sam

Do Not Rape Our National Heritages!

Today we can hear so many news on television about our national heritage which are stolen by other country.  We can search on google with the keyword “mencuri kebudayaan” and there are more than a million result in less than a second. It proved that there were bunch of people find the information about it. What kind of national heritage which is stolen by that country? Why are they steal our national heritages? And how to solve this case? Our national heritages is not only tangible heritages like Candi Borobudur or Taman Nasional Komodo, but we also have so many Intangible cultural heritages which is manifested through these points below: 1. Oral traditions and expressions (including Language). e.g., Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, Bahasa Melayu, Bahasa Madura, Bahasa Padang, etcetera. 2. Performing arts (such as traditional music, dance and theatre) e.g., Gamelan (from Center Java, East Java and Bali), Tari Pendet (from Bali), Lenong (from Jakarta, Indonesia), etcetera