Skip to main content

Seminar dan Fieldtrip bersama Generasi Pesona Indonesia (GenPI) di Tangerang

Alhamdulillah sudah sampai di penghujung tahun 2017. Tahun ini adalah tahun yang luar biasa, Begitu banyak hal baik yang terjadi, begitu banyak pengalaman keren yang kualami, begitu juga pelajaran berharga yang kudapat.

Hari ini aku bahagia untuk segala resolusi yang telah tercapai, dan tetap bersyukur atas resolusi-resolusi yang belum tercapai. Alhamdulillah untuk segala petualangan di berbagai tempat menakjubkan, aku sangat bersyukur mimpiku untuk bisa jalan-jalan mengunjungi beberapa tempat baru bisa terwujud di tahun ini, benar-benar resolusi yang terlihat jelas berhasil terwujud.

Semoga tahun 2018 nanti menjadi tahun yang menyenangkan dan lebih baik dari tahun ini. Aamiin.

Oh ya, ada satu cerita yang ingin kuceritakan pada postingan terakhir di tahun 2017 ini. Pada Selasa, 19 Desember kemarin aku mengikuti acara Rapat Koordinasi Penguatan Jejaring Wisata Tanjung Lesung dan Fieldtrip bersama Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten. Actually i really don’t know who organize the event, i just got involved because GenPI will be the object of my bachelor thesis hehe. Jadi sehari sebelumnya aku bertemu dengan salah satu pihak GenPI Banten untuk wawancara secara umum untuk memastikan apa yang istimewa dari GenPI untuk bisa diangkat menjadi permasalahan skripsi, dan beliau menyarankanku untuk ikut acara yang diadakan di Tangerang ini. Kemudian aku dikenalkan dengan ketua GenPI Banten yang ternyata perempuan dan sekampus denganku, dikirimi surat undangan dan rundown acara, kemudian namaku dimasukan ke dalam daftar orang-orang yang akan ikut acara tersebut. As simple as that.

Aku gak kenal siapapun di GenPI Banten dan Dinas Pariwisata Provinsi Banten serta Organisasi Kang Nong Banten, aku hanya kenal Gina, temanku yang kebetulan masih magang di Dinas Pariwisata, but he’s busy with his job there. So i just try to mingle with others. Beberapa juga ternyata ada yang baru sepertiku yang hanya mengenal satu dua orang, itu yang membuatku tidak merasa terlalu asing. Tapi yang paling aku senangi dari acara itu adalah mereka ternyata menyambut orang baru sepertiku, jadi menurutku mereka berhasil membuat kesan pertama yang baik.

Kami berkumpul di Stadion Maulana Yusuf Serang pukul 7 pagi dan berangkat pukul 8. Perjalanan benar-benar tidak terasa karena kami selalu disuguhkan dengan cerita-cerita mengenai GenPI, pariwisata Banten, hingga informasi dan sejarah mengenai tempat-tempat yang akan kami kunjungi saat fieldtrip di Tangerang. Sampai di Yellow Bee Hotel Tangerang sekitar dua jam kemudian dan memulai seminar mengenai langkah memajukan pariwisata Banten dan bagaimana media baru dapat memviralkan pariwisata Banten. Materi yang sangat menarik, terlebih pariwisata merupakan hal yang selalu menyenangkan untuk diperbincangkan karena berkaitan dengan segala sesuatu yang indah, seru, dan dicari oleh masyarakat.

Materi mengenai bagaimana memviralkan destinasi wisata Banten di media baru oleh Pak Eka.


Kemudian kami memulai fieldtrip kami. Ini yang paling seru. Pertama kami mengunjungi Kampung Bekelir yang berada di Jalan Perintis Kemerdekaan, Kecamatan Tangerang, Kabupaten Tangerang. Sesuai dengan namanya, Bekelir yang diambil dari bahasa Betawi, yang artinya berwarna, Kampung Bekelir merupakan sebuah kampung yang berwarna-warni. Setiap rumah dan fasilitas di kampung tersebut dicat berwarna-warni dan dipenuhi gambar tiga dimensi, mural, dan grafiti. Tidak perlu jauh-jauh ke Kampung Jodipan Malang, karena kampung yang lokasinya cukup dekat dengan Bandara Soekarno Hatta ini juga tidak kalah keren dari Jodipan Malang.

Jangan tanya kenapa gak pake seragam. Kegerahan dan seragamnya kebesaran parah.


Setelah itu kami naik bus menuju Flying Deck yang letaknya tidak jauh dari Kampung Bekelir. Flying Deck merupakan jalan dengan pagar besi di pinggiran sungai Cisadane. Flying Deck merupakan salah satu spot foto yang cukup menarik di sekitar sungai Cisadane.

Di Flying Deck Cisadane bersama GenPI, Ibu Eneng Nurcahyati Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Banten, dan beberapa staffnya.

Dari sana kami naik bus lagi menuju Museum Benten Heritage yang terletak di Jalan Cilame nomor 20 Pasar Lama Tangerang. Museum ini merupakan museum peranakan Tionghoa yang berbentuk seperti rumah klasik Tionghoa---memang dulunya rumah---dan berisi benda-benda peninggalan leluhur yang dimiliki secara pribadi serta sumbangan dari warga sekitar Tangerang, kolektor benda kuno, dan pemerhati budaya Tionghoa peranakan di Indonesia [sumber]. Disana kami dijelaskan tentang berbagai hal menarik tentang orang Tionghoa pada zaman dulu serta budaya mereka oleh guide yang ramah dan asik. Satu hal yang disayangkan adalah hmm mungkin karena letak museum ini di tengah pasar jadi di terasnya masih tercium bau tidak sedap yang berasal dari pasar. Dan jalan di depan museum ini pun becek dan berlumpur. Mungkin jika kondisi pasarnya bersih dan rapi, orang-orang jadi lebih tertarik lagi untuk mengunjungi museum ini.

Di dalam Museum Benteng Heritage
Hari sudah menjelang maghrib ketika kami keluar dari museum tersebut. Kami melanjutkan perjalanan ke Restoran Jagarawa yang terletak di Cipondoh Kota Tangerang untuk makan malam dan pembagian hadiah untuk para pemenang lomba foto dan membuat caption foto instagram serta acara penutupan.

Benar-benar pengalaman baru yang seru. I will never forget that moment with all of those nice people of GenPI Banten, Dinas Pariwisata, Kang Nong Banten, and all participants from Tangerang.

Oh iya, komunitas GenPI sangat aku rekomendasikan untuk teman-teman yang senang jalan-jalan dan foto-foto apalagi eksis di dunia digital. Untuk informasi buat teman-teman Blogger, teman-teman bisa banget ikut komunitas GenPI yang telah terbentuk di beberapa wilayah di Indonesia. Aku juga baru daftar seminggu sebelum berangkat ke Tangerang bersama mereka loh, walaupun belum officially accepted karena pendaftaran juga baru ditutup hari ini, tapi mereka benar-benar welcome, and i feel so happy to be a part of GenPI. Coba cari-cari informasi soal GenPI di Instagram dan mesin pencari Google, pasti ketemu, karena aku pun begitu hehe.

Happy new year and...

See you on my next post!

Comments

  1. pingin juga deh jalan2 dan gathering bareng komunitas GenPi di daerah, sekalian silaturahim sambil mempromosikan wisata daerah

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Review: Critical Eleven (Film)

PS: Postingan ini bukan hanya berisi review film, tapi juga sedikit cerita pengalaman nekat menonton film naik motor sendiri Taktakan-Serang-Cilegon panas-panasan saat puasa. Alhamdulillah, rasa penasaranku terobati. I’ve finally watched Critical Eleven! Ya, rasanya memang selalu kurang afdol jika kamu sudah membaca sebuah karya yang menurutmu menarik, tapi kamu tidak menyaksikan karya tersebut dalam bentuk film. Ketika film dari buku yang kamu sukai muncul, setidaknya ada perasaan penasaran dan dorongan untuk membandingkannya dengan buku yang sudah kamu baca, kan? Setidaknya itulah yang terjadi padaku. Sabtu, 10 Juni 2017, tepatnya sebulan setelah film Critical Eleven mulai tayang di bioskop, aku melihat postingan instagram Ika Natassa yang merupakan penulis novel Critical Eleven, katanya film yang diangkat dari novelnya itu masih tayang di beberapa bioskop, salah satunya di Cilegon. Tanpa babibu aku langsung mengecek jadwal film di Cinema XXI Cilegon dan mendapati bahwa ku

Review: Himouto! Umaru-chan (Anime TV Series)

Cover Serial Televisi Anime Himouto! Umaru-chan Judul                 : Himouto! Umaru-chan Penulis              : Takashi Aoshima Sutradara         : Masahiko Ohta Tahun Tayang : 2015 Himouto! Umaru-chan adalah serial manga yang  ditulis oleh Sankaku Head yang kemudian diadaptasi ke dalam serial televisi pada tahun 2015 lalu, tepatnya anime ini tayang pada tanggal 9 Juli 2015 hingga 24 September 2015. Kemarin saya baru saja selesai menonton serial anime ini. Hanya ada 12 episodes, sehingga tidak membutuhkan banyak waktu untuk mengetahui akhir cerita serial anime bergenre komedi ini. Umaru adalah seorang gadis SMA yang sangat pintar, berbakat, baik hati, sangat cantik, serta menarik, sangat sempurna sehingga semua orang menyukainya. Namun sifat-sifat tersebut berubah drastis seketika Umaru masuk ke dalam apartemen kecil kakaknya, Taihei. Umaru berubah menjadi seorang pemalas. Ia hanya mau bermain game, makan, dan tidur. Oke, langsung lanjut ke epis

Do Not Rape Our National Heritages!

Today we can hear so many news on television about our national heritage which are stolen by other country.  We can search on google with the keyword “mencuri kebudayaan” and there are more than a million result in less than a second. It proved that there were bunch of people find the information about it. What kind of national heritage which is stolen by that country? Why are they steal our national heritages? And how to solve this case? Our national heritages is not only tangible heritages like Candi Borobudur or Taman Nasional Komodo, but we also have so many Intangible cultural heritages which is manifested through these points below: 1. Oral traditions and expressions (including Language). e.g., Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, Bahasa Melayu, Bahasa Madura, Bahasa Padang, etcetera. 2. Performing arts (such as traditional music, dance and theatre) e.g., Gamelan (from Center Java, East Java and Bali), Tari Pendet (from Bali), Lenong (from Jakarta, Indonesia), etcetera