Skip to main content

Aku Ikut KKM PUPR UNTIRTA 2017


Sebagai mahasiswa, sudah menjadi kewajiban untuk melaksanakan tri dharma perguruan tinggi, yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, dan pengabdian kepada masyarakat. Tanggungjawab itu diwujudkan dalam pelaksanaan perkuliahan, bahkan ketiga nilai tersebut ada pada syarat-syarat kelulusan. Tidak bisa lulus seorang mahasiswa bila belum melaksanakan tri dharma perguruan tinggi selama berkuliah.

Salah satu tugas mahasiswa yang harus diselesaikan karena merupakan syarat wajib untuk lulus adalah Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM), atau ada juga yang menyebutnya Kuliah Kerja Nyata (KKN). Di kampus tempatku menimba ilmu, terdapat beberapa jenis KKM, salah satunya adalah KKM PUPR. KKM ini adalah KKM yang bekerjasama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, maka dari itu, program kerja KKM ini bukan hanya menjalankan program kerja yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, tapi juga mencakup program-program ke-PUPR-an seperti contohnya program yang menyangkut soal lingkungan hidup (membuat selokan, penyediaan tempat sampah, dan sebagainya), ada juga program wajib yaitu pembuatan imap desa dengan melakukan survei lingkungan desa (bagaimana kondisi fisik desa, bagaimana kondisi rumah penduduk, dan sebagainya).

KKM PUPR UNTIRTA sendiri berlangsung di waktu yang bersamaan dengan KKM Revolusi Mental dan KKM Tematik UNTIRTA (21 Juli-18 Agustus 2017). 20 Kelompok KKM (Kelompok 21-40) disebar di 20 desa di beberapa kecamatan di Kabupaten Pandeglang. Kelompokku, kelompok 31 ditugaskan untuk mengabdi di Desa Mekarsari, Kecamatan Panimbang, Kab. Pandeglang.

Logo KKM PUPR Kelompok 31

Ditempatkan di desa Mekarsari membuatku merasa bersyukur karena di sana lingkungannya sangat asri, dekat dengan pantai, dan rata-rata memiliki jalan yang datar. Walaupun di beberapa kampung masih sulit akses kendaraan karena jalan yang berbatu, namun untuk masalah air, kampung-kampung tersebut rata-rata sudah menggunakan air bersih. Kelompokku sendiri menetap di Kampung Brebes, kampung ini dekat dengan jalan raya Panimbang-Tanjug Lesung, jadi tidak jauh dari minimarket dan akses ke pasar mudah. Lingkungannya asri, orang-orangnya ramah dan rajin, membuatku cukup betah tinggal di sana. Katanya, kampung tersebut dinamakan Brebes karena memang dihuni oleh orang-orang dari Brebes. Itulah mengapa, di kampung tersebut banyak yang menggunakan bahasa Jawa, walaupun beberapa kali kudengar bahasa Jawanya sudah dicampur dengan bahasa Sunda.

Program Reguler Sore Ceria, memiliki konsep bermain dan belajar yang berisi menggambar, mewarnai, bernyanyi, menonton kartun, membuat kerajinan dan sebagainya. Program ini diadakan seminggu dua kali.


Pembukaan KKM PUPR Kelompok 31 di Balai Desa Mekarsari pada Senin, 24 Juli 2017.

Aku sendiri bertugas mempublikasikan dan mendokumentasikan segala kegiatan KKM kelompok kami. Dengan ditugaskan menjadi seksi dokumentasi, aku jadi sering ikut berkeliling, mengikuti program kerja ini-itu, belum lagi jika kami punya hari kosong, aku sering membawa kamera ke pantai dan mengabadikan momen-momen berkumpul, bermain, sambil nongkrong santai di pantai-pantai di Panimbang yang semuanya indah.

Program Penyuluhan Kesehatan dan Memilih Garam Beryodium di Mushola Al Barokah Kampung Brebes pada Kamis, 3 Agustus 2017.

Ada mahasiswa KKN dari IPB juga menghadiri acara kami.

Penyuluhan Pertanian: Sistem Tanam Padi dan Pengendalian Hama oleh Bapak Sunaryo, S.P. dari Dinas Pertanian Provinsi Banten pada Kamis, 3 Agustus 2017.

Membantu petani menabur benih-benih kacang kedelai di Desa Mekarsari pada Jumat, 4 Agustus 2017.

Setiap hari Sabtu, SD Negeri 2 Mekarsari melaksanakan senam pagi.

Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Mencuci Tangan pada Sabtu, 5 Agustus 2017.


Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Menggosok Gigi pada 8 Agustus 2017.

Foto bersama siswa SD Negeri 2 Mekarsari setelah Acara Perpisahan pada Senin, 15 Agustus 2017.

Perpustakaan Keliling, Senin, 15 Agustus 2017.

Bersama para guru SD Negeri 2 Mekarsari

Ada banyak kenangan selama 30 hari tinggal di satu kontrakan bersama 14 orang lainnya. Yang manis seperti makan bersama, tidur bersama, rapat, saling memberi semangat dari permainan shadow support, hingga mandi bersama. Yang pahit seperti sindir-sindiran, baper, kesal dengan teman, sampai yang ngomongin di belakang pun ada. Tapi seperti yang dikatakan oleh salah satu dosen pembimbing lapangan KKM PUPR saat acara Pelaporan dan Penarikan Mahasiswa KKM PUPR Kecamatan Panimbang 2017, semua yang kami lakukan selama KKM itu merupakan cerita, maka haruslah dibuat sebaik mungkin. Memang ada rasa pahit selama 30 hari itu, tapi itu tetap kenangan, selebihnya, kami membuat rasa-rasa lainnya yang ketika diingat selalu menciptakan senyuman.

Bancakan ikan yang dibakar sendiri. Bareng kelompok KKN IPB.

Is it me or warga Pandeglang, but it's like every single kampung has this kind of pernak-pernik 17an. Whether it is the soldier, or pupil, or farmer form, those hiasan 17an are creepy. Apalagi yang ini. Astagfirullah.

Pantai Kerang

Pantai Batu Hideung yang indahnya luar biasa.

Main di Pantai Batu Hideung

Sambil menengok perwakilan dari SD Negeri 2 Mekarsari pada Jambore Ranting Kecamatan Panimbang yang dilaksanakan pada Sabtu-Minggu, 12-13 Agustus di Pantai Kerang, sambil main.

Pantai Bugel Mega Cemara yang indahnya bikin ingin ngucap subhanallah, masyaallah, alhamdulillah.

17an di Kampung Brebes seruuu.

Pelepasan KKM PUPR Kelompok 31 di Balai Desa Mekarsari dan Pemberian Sumbangan Buku Taman Baca pada Jumat, 18 Agustus 2017.

Sylva, Vira, Ifah, dan Desti teman sekamar selama sebulan.

Curhat ditempel di tembok, bikin kalender sendiri, menghitung hari menuju pulang.

AKHIRNYA BISA FOTO FULL TEAM DI HARI TERAKHIR.
ATAS KIRI-KANAN: FIRA, DEWI, NORI, SOFI, DIAN, IFAH, DESTI, OCHA, SYLFA, AKU.
BAWAH KIRI-KANAN: LEHU, BAYU, PRAS, AJI, DENI.
Sayang fotonya blur semua.
Teman serumah selama sebulan. Lucu, ada beberapa orang yang bahkan aku baru bertemu saat hari keberangkatan. Yang rapat persiapan si itu-itu aja, hehe aku sendiri cuma rapat sekali saat H-1 keberangkatan dan ikut pembekalan KKM beberapa hari sebelumnya.

KKM PUPR Kelompok 28, 29, 30, 31, 32, 33 seusai acara Pelaporan dan Penarikan Mahasiswa KKM PUPR Kecamatan Panimbang 2017 di Balai Desa Panimbang Jaya, Jumat 18 Agustus 2017.

Foto bersama dosen pembina kami, Bapak Soffan Nurhaji, M. Pd.
Sore itu juga kami pulang ke rumah dan kost masing-masing.

Sebenarnya aku ingin sekali menceritakan secara detail apa saja yang kami lakukan saat KKM dimulai dari hari pertama kami menginjakan kaki di Panimbang, hingga hari terakhir kami bertatap muka dengan seluruh penduduk Kampung Brebes. Tapi semoga foto-foto itu cukup mewakili cerita kami.

Kangen Kampung Brebes dan isinya, juga kalian teman serumah.


See you on my next post!

Comments

  1. Oh, jadi KKN itu semacam magang gitu yak.

    Keliatannya seru, apalagi jadi seksi dokumentasi. Bisa foto-foto tanpa kerja keras euy :v.

    ReplyDelete
    Replies
    1. beda, KKN ya KKN, magang ya magang. KKN itu semacam pengabdian kepada masyarakat. Terjun langsung ke masyarakat dan membaur, berusaha untuk memotivasi masyarakat untuk belajar di sekolah, bekerjasama membangun desa, dll. kalau magang itu terjun langsung ke dunia kerja, mengaplikasikan ilmu kuliah kita, misalnya saya jurusan humas, maka saya magang di bagian humas di suatu perusahaan.

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Review: Critical Eleven (Film)

PS: Postingan ini bukan hanya berisi review film, tapi juga sedikit cerita pengalaman nekat menonton film naik motor sendiri Taktakan-Serang-Cilegon panas-panasan saat puasa. Alhamdulillah, rasa penasaranku terobati. I’ve finally watched Critical Eleven! Ya, rasanya memang selalu kurang afdol jika kamu sudah membaca sebuah karya yang menurutmu menarik, tapi kamu tidak menyaksikan karya tersebut dalam bentuk film. Ketika film dari buku yang kamu sukai muncul, setidaknya ada perasaan penasaran dan dorongan untuk membandingkannya dengan buku yang sudah kamu baca, kan? Setidaknya itulah yang terjadi padaku. Sabtu, 10 Juni 2017, tepatnya sebulan setelah film Critical Eleven mulai tayang di bioskop, aku melihat postingan instagram Ika Natassa yang merupakan penulis novel Critical Eleven, katanya film yang diangkat dari novelnya itu masih tayang di beberapa bioskop, salah satunya di Cilegon. Tanpa babibu aku langsung mengecek jadwal film di Cinema XXI Cilegon dan mendapati bahwa ku

Review: Himouto! Umaru-chan (Anime TV Series)

Cover Serial Televisi Anime Himouto! Umaru-chan Judul                 : Himouto! Umaru-chan Penulis              : Takashi Aoshima Sutradara         : Masahiko Ohta Tahun Tayang : 2015 Himouto! Umaru-chan adalah serial manga yang  ditulis oleh Sankaku Head yang kemudian diadaptasi ke dalam serial televisi pada tahun 2015 lalu, tepatnya anime ini tayang pada tanggal 9 Juli 2015 hingga 24 September 2015. Kemarin saya baru saja selesai menonton serial anime ini. Hanya ada 12 episodes, sehingga tidak membutuhkan banyak waktu untuk mengetahui akhir cerita serial anime bergenre komedi ini. Umaru adalah seorang gadis SMA yang sangat pintar, berbakat, baik hati, sangat cantik, serta menarik, sangat sempurna sehingga semua orang menyukainya. Namun sifat-sifat tersebut berubah drastis seketika Umaru masuk ke dalam apartemen kecil kakaknya, Taihei. Umaru berubah menjadi seorang pemalas. Ia hanya mau bermain game, makan, dan tidur. Oke, langsung lanjut ke epis

Do Not Rape Our National Heritages!

Today we can hear so many news on television about our national heritage which are stolen by other country.  We can search on google with the keyword “mencuri kebudayaan” and there are more than a million result in less than a second. It proved that there were bunch of people find the information about it. What kind of national heritage which is stolen by that country? Why are they steal our national heritages? And how to solve this case? Our national heritages is not only tangible heritages like Candi Borobudur or Taman Nasional Komodo, but we also have so many Intangible cultural heritages which is manifested through these points below: 1. Oral traditions and expressions (including Language). e.g., Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, Bahasa Melayu, Bahasa Madura, Bahasa Padang, etcetera. 2. Performing arts (such as traditional music, dance and theatre) e.g., Gamelan (from Center Java, East Java and Bali), Tari Pendet (from Bali), Lenong (from Jakarta, Indonesia), etcetera