Skip to main content

Book Fair: Big Bad Wolf 2017

Pagi itu setelah aku menyicil tugas kuliahku, aku berangkat ke Tangerang. Aku telah menunggu waktu ini datang, setelah berbulan-bulan. Hehe.

Sebelumnya aku janjian di Tangerang City Mall untuk bertemu Erma. Setelah menempuh perjalanan dengan motor ke kampus, aku melanjutkan perjalanan dengan bus yang terkenal dengan kecepatannya yang membuatku terus berdoa selama di perjalanan.

Setelah menunggu sekitar setengah jam, Erma akhirnya datang. Syukurlah ternyata dia membawa motor. Dan perjalanan di tengah terik matahari pun berlanjut.

Sekitar pukul 12 kami akhirnya sampai di Indonesia Convention Exhibition Bumi Serpong Damai tempat diselenggarakannya event tahunan Big Bad Wolf. Bukan, event ini bukan tentang serigala jahat yang mengincar babi-babi kecil di kisah klasik anak-anak favoritku, tapi book fair keren yang jual banyak sekali buku impor dan buku Indonesia dengan harga yang relatif murah. Dan tidak perlu tiket masuk, alias gratis. Dan tidak perlu mengantre untuk ditandai pakai cap atau diberi gelang-gelang yang ada tulisannya-tulisannya gitu. Pokoknya praktis. Hehe memang seharusnya begitu sih lebih praktis, tapi memang ada beberapa pameran yang untuk masuk saja harus bayar, justru itu yang membuat pengunjung jadi malas.

Event itu diselenggarakan dari tanggal 21 April hingga tanggal 2 Mei. Tapi ada yang mendapatkan tiket VIP sehingga bisa mengunjungi BBW pada H-1 event tersebut dimulai. Aku sendiri datang pada hari ke-3 event Big Bad Wolf diselenggarakan, tepatnya tanggal 23 April lalu.

Pameran buku murah bagaikan surga bagi orang-orang yang suka membaca buku. Bagiku juga, walaupun aku bukan orang yang sangat hobi membaca. Di sana ada banyak sekali buku-buku keren yang jarang aku temui di toko buku biasa. Ada buku yang besar sekali seperti ensiklopedia astronomi yang katanya harga aslinya mencapai Rp. 1.800.000,00,- tapi di sana dijual hanya Rp. 450.000,00,- perbedaan harga yang hampir tidak masuk akal. Ada berbagai macam genre buku dari mulai novel percintaan hingga fantasy, buku motivasi, agama, buku anak-anak dari buku cerita hingga buku mewarnai, buku tentang makanan dan resep memasak, ensiklopedia berbagai ilmu pengetahuan, hingga buku arsitektur dan fotografi pun ada, dan berbagai macam mainan anak-anak juga ada. Tapi yang paling orang-orang suka adalah harganya yang relatif murah daripada jika mereka beli di toko buku biasa.

Ensiklopedia berbagai ilmu pengetahuan.

Banyak buku tentang film dan musik. Kisah dibalik layar sebuah film, biografi tokoh musik dunia hingga perjalanan karir sebuah band.

Bahkan ada buku yang berisi berbagai desain kostum yang digunakan tokoh-tokoh film Star Trek.

Suasana Big Bad Wolf hari itu. Siang tidak terlalu ramai, tapi sore saat kami menuju kasir, aku baru sadar kalau pengunjung sudah bertambah banyak sekali.

Aku membeli 4 buku yaitu 2 buku Nick Hornby, Funny Girl (Rp. 75.000,00,-) dan High Fidelity (Rp. 65.000,00,-), dan dua buku berbahasa Indonesia yaitu Ayat-ayat Cinta (Rp. 13.000,00,-) oleh Habiburrahman El Shirazy dan Notasi (Rp. 15.000,00,-) oleh Morra Quatro. Relatif murah kan? Seandainya aku punya banyak uang, aku mungkin sudah membawa pulang banyak sekali buku. Erma membeli buku tentang agama.

Buku-buku yang kubawa pulang

Tidak terasa kami menghabiskan waktu hampir empat jam di sana. Kami baru sadar ketika kaki kami terasa sakit. Antrian panjang terasa semakin lama karena semuanya memborong banyak buku, bahkan ada yang sampai membeli 4 troli buku dan mainan.
Tempatnya memang tidak terlalu luas, tapi buku-bukunya cukup banyak dan tidak terlalu berdesakan.

Masa sudah jauh-jauh dan panas-panas ke ICE tapi lupa selfie?

Suasana antrean kasir Big Bad Wolf. Alhamdulillah antrenya masih manusiawi walaupun di depan kami banyak sekali orang yang membawa beberapa keranjang sekaligus.

Yes, it's auuwsome to be there.

Hari itu kami senang sekali, walaupun tidak memborong buku, tapi setidaknya kami punya pengalaman datang ke book fair yang keren, yang hanya diadakan tahunan. Semoga tahun depan aku dan Erma bisa kesana lagi dan membeli lebih banyak buku.


See you on my next post! XOXO.

Comments

Popular posts from this blog

Review: Critical Eleven (Film)

PS: Postingan ini bukan hanya berisi review film, tapi juga sedikit cerita pengalaman nekat menonton film naik motor sendiri Taktakan-Serang-Cilegon panas-panasan saat puasa. Alhamdulillah, rasa penasaranku terobati. I’ve finally watched Critical Eleven! Ya, rasanya memang selalu kurang afdol jika kamu sudah membaca sebuah karya yang menurutmu menarik, tapi kamu tidak menyaksikan karya tersebut dalam bentuk film. Ketika film dari buku yang kamu sukai muncul, setidaknya ada perasaan penasaran dan dorongan untuk membandingkannya dengan buku yang sudah kamu baca, kan? Setidaknya itulah yang terjadi padaku. Sabtu, 10 Juni 2017, tepatnya sebulan setelah film Critical Eleven mulai tayang di bioskop, aku melihat postingan instagram Ika Natassa yang merupakan penulis novel Critical Eleven, katanya film yang diangkat dari novelnya itu masih tayang di beberapa bioskop, salah satunya di Cilegon. Tanpa babibu aku langsung mengecek jadwal film di Cinema XXI Cilegon dan mendapati bahwa ku

Review: Himouto! Umaru-chan (Anime TV Series)

Cover Serial Televisi Anime Himouto! Umaru-chan Judul                 : Himouto! Umaru-chan Penulis              : Takashi Aoshima Sutradara         : Masahiko Ohta Tahun Tayang : 2015 Himouto! Umaru-chan adalah serial manga yang  ditulis oleh Sankaku Head yang kemudian diadaptasi ke dalam serial televisi pada tahun 2015 lalu, tepatnya anime ini tayang pada tanggal 9 Juli 2015 hingga 24 September 2015. Kemarin saya baru saja selesai menonton serial anime ini. Hanya ada 12 episodes, sehingga tidak membutuhkan banyak waktu untuk mengetahui akhir cerita serial anime bergenre komedi ini. Umaru adalah seorang gadis SMA yang sangat pintar, berbakat, baik hati, sangat cantik, serta menarik, sangat sempurna sehingga semua orang menyukainya. Namun sifat-sifat tersebut berubah drastis seketika Umaru masuk ke dalam apartemen kecil kakaknya, Taihei. Umaru berubah menjadi seorang pemalas. Ia hanya mau bermain game, makan, dan tidur. Oke, langsung lanjut ke epis

Do Not Rape Our National Heritages!

Today we can hear so many news on television about our national heritage which are stolen by other country.  We can search on google with the keyword “mencuri kebudayaan” and there are more than a million result in less than a second. It proved that there were bunch of people find the information about it. What kind of national heritage which is stolen by that country? Why are they steal our national heritages? And how to solve this case? Our national heritages is not only tangible heritages like Candi Borobudur or Taman Nasional Komodo, but we also have so many Intangible cultural heritages which is manifested through these points below: 1. Oral traditions and expressions (including Language). e.g., Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, Bahasa Melayu, Bahasa Madura, Bahasa Padang, etcetera. 2. Performing arts (such as traditional music, dance and theatre) e.g., Gamelan (from Center Java, East Java and Bali), Tari Pendet (from Bali), Lenong (from Jakarta, Indonesia), etcetera