Skip to main content

Akhirnya Aku Punya Kura-kura

Sebenarnya ngidam kura-kura sih baru beberapa hari aja, tapi gak tahan banget ingin cepet-cepet beliii.

Well, this is it! Trachemys scripta elegans a.k.a Red-ear slider a.k.a Kura-kura Brazil.

Kunyuk dan Kunyik

Umur mereka baru 6 bulan. Masih bayi dan makanannya tidak bisa sembarangan. Mereka hanya mau makan pelet ikan. Well, setidaknya itu yang dikatakan pedagangnya.

Mereka baru aku beli kemarin di pameran flora dan fauna di mall terdekat. Tapi sepertinya aku ditipu. Aku baru mempelajari perbedaan fisik kura-kura jantan dan kura-kura betina, ternyata kedua kura-kuraku betinaaaa. Ya Allah, penjual kura-kura itu dosa besar kepadaku. Ya, niatnya aku ingin membeli sepasang kura-kura jantan dan betina, tapi yang kudapat malah betina semua. Kalau begini bagaimana mereka bisa berkembang biak?

Sekarang aku malah mencari-cari penjual kura-kura di kota tempat tinggalku. Aku ingin secepatnya membeli kura-kura jantan. Sebenarnya sih tujuanku ingin membeli satu kura-kura jantan bukan karena aku ingin segera beternak kura-kura, dari awal aku memang ingin memiliki tiga ekor kura-kura, seekor jantan dan dua ekor betina, karena setahuku hewan-hewan memang senang berpoligami. Haha just saying.

Oke, aku mau kembali mempelajari cara perawatan kura-kura brazil kesayanganku.

See you on my next post!

Comments

  1. Hati - Hati nanti jadi kura - kura Ninja :)

    ReplyDelete
  2. Btw kura kura makanannya dikasi apa

    ReplyDelete
  3. Btw kura kura makanannya dikasi apa

    ReplyDelete
  4. kalau saya lagi pengen ikan koi yang di masukin ke akuarium bulet .. kan lucuuu buat dikamaaar :(

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Review: Critical Eleven (Film)

PS: Postingan ini bukan hanya berisi review film, tapi juga sedikit cerita pengalaman nekat menonton film naik motor sendiri Taktakan-Serang-Cilegon panas-panasan saat puasa. Alhamdulillah, rasa penasaranku terobati. I’ve finally watched Critical Eleven! Ya, rasanya memang selalu kurang afdol jika kamu sudah membaca sebuah karya yang menurutmu menarik, tapi kamu tidak menyaksikan karya tersebut dalam bentuk film. Ketika film dari buku yang kamu sukai muncul, setidaknya ada perasaan penasaran dan dorongan untuk membandingkannya dengan buku yang sudah kamu baca, kan? Setidaknya itulah yang terjadi padaku. Sabtu, 10 Juni 2017, tepatnya sebulan setelah film Critical Eleven mulai tayang di bioskop, aku melihat postingan instagram Ika Natassa yang merupakan penulis novel Critical Eleven, katanya film yang diangkat dari novelnya itu masih tayang di beberapa bioskop, salah satunya di Cilegon. Tanpa babibu aku langsung mengecek jadwal film di Cinema XXI Cilegon dan mendapati bahwa ku

Gila Followers?

Pernah baca "FOLLBACK GUE DONG..." di timeline twitter kalian atau di mention tab kalian? atau   "eh, follow blog gue ya!" yang disisipkan di antara komentar postingan blog kalian? atau  "woy, gue baru bikin tumblr nih. follow back ya!"  lewat chat facebook kalian atau di timeline twitter? Nah, kali ini gue cuma mau sharing aja ya tentang pengalaman gue tentang si gila followers . Jujur, jaman gue masih SMP (baru kenal twitter) kerjaan gue selain ngetwit ya minta difollow back sama artis-artis mancanegara. Tapi lambat laun gue tahu bahwa minta follow back orang yang belum dikenal itu sangat mengganggu dan gak sopan. Nah, sejak itu gue gak pernah minta follow back lagi kecuali kepada temen-temen deket gue yang baru bikin twitter. Beberapa bulan yang lalu... eh udah setahun sih, gue mendapati temen gue minta di-follow-back tumblr-nya karena dia baru membuat tumblr . Dia memberitahukan gue lewat chat facebook . Nah, karena gue gak enak hati sam

Do Not Rape Our National Heritages!

Today we can hear so many news on television about our national heritage which are stolen by other country.  We can search on google with the keyword “mencuri kebudayaan” and there are more than a million result in less than a second. It proved that there were bunch of people find the information about it. What kind of national heritage which is stolen by that country? Why are they steal our national heritages? And how to solve this case? Our national heritages is not only tangible heritages like Candi Borobudur or Taman Nasional Komodo, but we also have so many Intangible cultural heritages which is manifested through these points below: 1. Oral traditions and expressions (including Language). e.g., Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, Bahasa Melayu, Bahasa Madura, Bahasa Padang, etcetera. 2. Performing arts (such as traditional music, dance and theatre) e.g., Gamelan (from Center Java, East Java and Bali), Tari Pendet (from Bali), Lenong (from Jakarta, Indonesia), etcetera