Skip to main content

Ospek di Universitas Baru

Selamat hari raya idul adha teman-teman blogger dan pembaca. Elaaah kayak ada yang baca aja, udah jarang nulis gini. Alhamdulillah sudah sebulan perkuliahan berjalan. Cuma mau sharing cerita aja selama aku ospek sampai menjalani perkuliahan selama sebulan di kampus baruku.

Dimulai dari ospek. Sedih, miris. Itulah kata-kata yang pertama kali muncul dibenaku saat aku mengikuti ospek hari pertama di UNTIRTA, kampus baruku tercinta. Gak mau membanding-bandingkan dengan kampus lamaku yang fasilitasnya udah pasti sangat layak untuk ospek, tapi mau gak mau pikiran itu pasti muncul. "Dulu aku duduk di kursi di dalam Gymnasium yang megah yang katanya bertaraf internasional, sekarang aku duduk ngampar di atas tikar milik teman satu kelompok dibawah tenda yang sengaja didirikan di tengah lapangan serbaguna UNTIRTA." Ya, itulah kalimat yang muncul dibenaku. Pikiran itu terus berkembang seiring berjalannya waktu, aku terus membanding-bandingkan kampus baru dengan kampus lamaku. Gak usah ditanya soal fasilitas UNTIRTA, udah pasti kalah dengan kampus lamaku. Tapi ada kekurangan, pasti ada kelebihan, dan sekarang aku ingin membahas kelebihan-kelebihannya UNTIRTA supaya teman-teman calon mahasiswa baru UNTIRTA selanjutnya yang membaca tulisan ini tidak mengurungkan niatnya untuk tetap mendaftarkan diri di UNTIRTA.

Aku senang sekali bisa mengikuti MOMB (Masa Orientasi Mahasiswa Baru) UNTIRTA, karena di sini aku bisa mendapatkan banyak teman baru. Uduk Racing, itulah nama kelompok MOMBku. Ya, kami memang diperintahkan untuk memberi nama kelompok kami dengan nama benda atau tempat atau tokoh atau apapun itu yang berhubungan dengan Banten. Nama Uduk Racing sendiri diambil dari salah satu makanan yang katanya sih laris manis di Kota Cilegon karena harganya yang murah. Di MOMB, selain mendapatkan teman baru, aku juga mendapatkan pengetahuan baru dan gosip baru walaupun gak banyak. Harus aku akui bahwa MOMB kurang efektif terutama dalam hal penyampaian materi, sekali lagi pokoknya gak lebih baik deh dari ospek di universitas lamaku, hampir dalam segala hal kecuali dalam kekompakan. Jujur, pada saat ospek di kampus lama, aku cenderung sendirian, belum punya teman dan sering merasa gak enak kalau mau gabung dengan teman-teman yang lain karena mereka sudah berkubu-kubu, mungkin ini karena mereka kebanyakan berasal dari daerah bahkan sekolah yang sama, terlebih aku memang orang yang pemalu. Terlepas dari itu, di universitas lamaku tidak ada pendekatan dengan teman-teman satu kelompok sebelum ospek dimulai, yah pokoknya gitu deeeh agak sulit dijelaskan, yang jelas aku baru bertemu dengan teman satu kelompok pada saat ospek tingkat universitas. Belum lagi di universitas lamaku, kami ditugaskan untuk membuat PKM dan kelompoknya harus mencari sendiri, aku masih ingat sekali saat itu aku kelabakan bolak-balik buka facebook dan twitter untuk mencari teman kelompok PKM, dan pada akhirnya aku sendiri juga yang membuat PKM tersebut. Di UNTIRTA persiapannya lebih heboh, sering diadakan kumpul kelompok, diskusi dan lain-lain untuk pendekatan dan untuk mempersiapkan ospek universitas, begitu juga dengan ospek fakultas dan ospek jurusan. Tapi dengan begitu aku merasa lebih dekat dengan teman-temanku, walaupun aku tipikal introvert, tapi ini benar-benar membantu, setidaknya saat ospek aku tidak sendirian dan terlihat bodoh kebingungan mencari-cari teman sekelompok atau bahkan check point tempatku berkumpul, itu karena kampus lamaku sangat luas dan aku belum hapal letak-letak fakultasnya jadi aku masih sering kebingungan saat ospek universitas.

Ospek tingkat fakultas di UNTIRTA sangat seru karena cukup efektif saat penyampaian materi oleh para dosen dan pemateri lainnya. Selain itu ada ESQ dan permainan lucu. Jujur aku merasa sangat puas dan senang karena waktuku habis untuk hal-hal yang berharga di ospek tingkat fakultas ini. Benar-benar bermanfaat.

Barang-barang serta tugas untuk ospek tingkat fakultas.
Yang paling gak banget itu disuruh bikin tas jinjing dari kardus, kayak ospek SMP aja.

Ospek tingkat jurusan di UNTIRTA... aku tidak bisa cerita banyak karena aku tidak mengikuti acara utamanya yang kata teman-temanku seru. Ini semua karena aku sakit, padahal malam hari sebelumnya aku sudah mempersiapkan segalanya. Sedih sekali. Tapi ada salah satu rangkaian ospek jurusan yang seru sekali, namanya Komunikatour, kami berkunjung ke Indonesia Kaya dan Menonton acara Kick Andy secara langsung. Aku benar-benar senang mengikuti acara ini karena di sini aku mendapatkan banyak sekali pengalaman berharga. Acara ospek yang satu ini benar-benar menyenangkan dan berbeda dari penilaianku sebelumnya mengenai ospek yang tidak menyenangkan, membosankan, bahkan menyeramkan. Pokoknya di acara Komunikatour ini aku benar-benar bahagia.

Yah pokoknya keseluruhannya cukup baik, kalau aku harus menilai secara keseluruhan ospek UNTIRTA, aku beri bintang 3 dari 5 bintang deh hahaha.

See ya on my next post.

Comments

  1. Ditunggu laporannya saat nonton Kick Andy ya mbak.

    ReplyDelete
  2. Baru tahu universitas namanya Untirta...

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya hehehe gak terkenal itu mah. namanya juga PTN baru.

      Delete
  3. uda "resmi" jadi mahasiswi nih. selamat :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Review: Critical Eleven (Film)

PS: Postingan ini bukan hanya berisi review film, tapi juga sedikit cerita pengalaman nekat menonton film naik motor sendiri Taktakan-Serang-Cilegon panas-panasan saat puasa. Alhamdulillah, rasa penasaranku terobati. I’ve finally watched Critical Eleven! Ya, rasanya memang selalu kurang afdol jika kamu sudah membaca sebuah karya yang menurutmu menarik, tapi kamu tidak menyaksikan karya tersebut dalam bentuk film. Ketika film dari buku yang kamu sukai muncul, setidaknya ada perasaan penasaran dan dorongan untuk membandingkannya dengan buku yang sudah kamu baca, kan? Setidaknya itulah yang terjadi padaku. Sabtu, 10 Juni 2017, tepatnya sebulan setelah film Critical Eleven mulai tayang di bioskop, aku melihat postingan instagram Ika Natassa yang merupakan penulis novel Critical Eleven, katanya film yang diangkat dari novelnya itu masih tayang di beberapa bioskop, salah satunya di Cilegon. Tanpa babibu aku langsung mengecek jadwal film di Cinema XXI Cilegon dan mendapati bahwa ku

Review: Himouto! Umaru-chan (Anime TV Series)

Cover Serial Televisi Anime Himouto! Umaru-chan Judul                 : Himouto! Umaru-chan Penulis              : Takashi Aoshima Sutradara         : Masahiko Ohta Tahun Tayang : 2015 Himouto! Umaru-chan adalah serial manga yang  ditulis oleh Sankaku Head yang kemudian diadaptasi ke dalam serial televisi pada tahun 2015 lalu, tepatnya anime ini tayang pada tanggal 9 Juli 2015 hingga 24 September 2015. Kemarin saya baru saja selesai menonton serial anime ini. Hanya ada 12 episodes, sehingga tidak membutuhkan banyak waktu untuk mengetahui akhir cerita serial anime bergenre komedi ini. Umaru adalah seorang gadis SMA yang sangat pintar, berbakat, baik hati, sangat cantik, serta menarik, sangat sempurna sehingga semua orang menyukainya. Namun sifat-sifat tersebut berubah drastis seketika Umaru masuk ke dalam apartemen kecil kakaknya, Taihei. Umaru berubah menjadi seorang pemalas. Ia hanya mau bermain game, makan, dan tidur. Oke, langsung lanjut ke epis

Do Not Rape Our National Heritages!

Today we can hear so many news on television about our national heritage which are stolen by other country.  We can search on google with the keyword “mencuri kebudayaan” and there are more than a million result in less than a second. It proved that there were bunch of people find the information about it. What kind of national heritage which is stolen by that country? Why are they steal our national heritages? And how to solve this case? Our national heritages is not only tangible heritages like Candi Borobudur or Taman Nasional Komodo, but we also have so many Intangible cultural heritages which is manifested through these points below: 1. Oral traditions and expressions (including Language). e.g., Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, Bahasa Melayu, Bahasa Madura, Bahasa Padang, etcetera. 2. Performing arts (such as traditional music, dance and theatre) e.g., Gamelan (from Center Java, East Java and Bali), Tari Pendet (from Bali), Lenong (from Jakarta, Indonesia), etcetera