Skip to main content

Belajar Merelakan

Rindu memosting sesuatu di blog.

Tadi malam aku iseng-iseng membuka link yang tertera di tweet @NyunyuCom. Isinya adalah artikel yang berjudul 5 Alasan Kenapa Kita Jatuh Cinta Sama Orang yang Nggak Bisa Kita Miliki.

Ya, sebagai perempuan yang sudah hidup selama 19 tahun pasti pernah merasakan asam garam kehidupan, termasuk unrequited love. Cinta bertepuk sebelah tangan.

Semua orang juga pasti benci kalau cintanya gak terbalas. Aku pun begitu. Dulu, beberapa bulan lalu, yang jelas sebelum aku jadian dengan si Aa, aku pernah suka sama seseorang. Sejauh aku naksir dengan seseorang, gak pernah sedahsyat ini nangisnya ketika aku tahu orang yang aku suka sudah punya pacar. Ketika SMP atau SMA aku juga pernah naksir seseorang, tapi ketika aku tahu kalau si dia yang aku kagumi itu sudah punya gebetan atau pacar, aku langsung bisa move on. Ngeceng yang baru. Tapi yang ini beda. Yang ini bisa bikin aku nangis. Sejauh ini aku gak pernah nangis gara-gara masalah cinta-cintaan yang menye-menye. Aku juga heran. Aku nangis gak sehari atau dua hari, tapi setiap aku ingat dia. Dan kegalauan itu berlangsung selama berbulan-bulan sampai aku bertemu dengan si Aa. Aa memang bisa mengalihkan perhatianku. Kalau aku sama Aa, aku bisa melupakan masalahku. Pokoknya Aa baik.

Tapi kegalauan itu gak serta-merta hilang setelah aku berpacaran dengan si Aa. Aku juga masih suka sedih setiap melihat dia. Tapi semakin ke sini, semakin aku bisa menerima kenyataan. Aku semakin sadar bahwa ada orang yang lebih baik, yang bisa membuat aku senang dan tenang dan sayang aku. Kenapa aku harus menyia-nyiakan dia yang sayang aku? Kenapa aku gak bisa mengikhlaskan dia yang jauh?

Di artikel yang aku baca tadi malam, terdapat dua kalimat yang menurutku benar sekali. "Itu semata-mata karena kamu sedang diuji, seberapa jauh kamu mampu bertahan mencintai orang yang nggak bisa kamu miliki, hingga batas yang akhirnya membuat kamu memutuskan untuk berhenti. Dari sini kamu bisa belajar satu hal penting dalam hidup: merelakan." Ya, karena Tuhan sedang mengujiku.

Ya, alhamdulillah aku sudah bisa merelakan dia. Aku sudah gak pernah nangis karena dia lagi. Aku juga bisa membalas perasaan pacarku sedikit demi sedikit. Memang itu gak adil buat Aa pada awalnya, tapi aku sudah jujur dan dia terima itu. Kalau dia bisa bahagia dengan yang lain, kenapa aku gak bisa bahagia dengan pacarku?

Comments

  1. Unreqited love emang menyakitkan :') tapi sebenernya pelajaran buat kita, belajar untuk merelakan..

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Review: Critical Eleven (Film)

PS: Postingan ini bukan hanya berisi review film, tapi juga sedikit cerita pengalaman nekat menonton film naik motor sendiri Taktakan-Serang-Cilegon panas-panasan saat puasa. Alhamdulillah, rasa penasaranku terobati. I’ve finally watched Critical Eleven! Ya, rasanya memang selalu kurang afdol jika kamu sudah membaca sebuah karya yang menurutmu menarik, tapi kamu tidak menyaksikan karya tersebut dalam bentuk film. Ketika film dari buku yang kamu sukai muncul, setidaknya ada perasaan penasaran dan dorongan untuk membandingkannya dengan buku yang sudah kamu baca, kan? Setidaknya itulah yang terjadi padaku. Sabtu, 10 Juni 2017, tepatnya sebulan setelah film Critical Eleven mulai tayang di bioskop, aku melihat postingan instagram Ika Natassa yang merupakan penulis novel Critical Eleven, katanya film yang diangkat dari novelnya itu masih tayang di beberapa bioskop, salah satunya di Cilegon. Tanpa babibu aku langsung mengecek jadwal film di Cinema XXI Cilegon dan mendapati bahwa ku

Gila Followers?

Pernah baca "FOLLBACK GUE DONG..." di timeline twitter kalian atau di mention tab kalian? atau   "eh, follow blog gue ya!" yang disisipkan di antara komentar postingan blog kalian? atau  "woy, gue baru bikin tumblr nih. follow back ya!"  lewat chat facebook kalian atau di timeline twitter? Nah, kali ini gue cuma mau sharing aja ya tentang pengalaman gue tentang si gila followers . Jujur, jaman gue masih SMP (baru kenal twitter) kerjaan gue selain ngetwit ya minta difollow back sama artis-artis mancanegara. Tapi lambat laun gue tahu bahwa minta follow back orang yang belum dikenal itu sangat mengganggu dan gak sopan. Nah, sejak itu gue gak pernah minta follow back lagi kecuali kepada temen-temen deket gue yang baru bikin twitter. Beberapa bulan yang lalu... eh udah setahun sih, gue mendapati temen gue minta di-follow-back tumblr-nya karena dia baru membuat tumblr . Dia memberitahukan gue lewat chat facebook . Nah, karena gue gak enak hati sam

Do Not Rape Our National Heritages!

Today we can hear so many news on television about our national heritage which are stolen by other country.  We can search on google with the keyword “mencuri kebudayaan” and there are more than a million result in less than a second. It proved that there were bunch of people find the information about it. What kind of national heritage which is stolen by that country? Why are they steal our national heritages? And how to solve this case? Our national heritages is not only tangible heritages like Candi Borobudur or Taman Nasional Komodo, but we also have so many Intangible cultural heritages which is manifested through these points below: 1. Oral traditions and expressions (including Language). e.g., Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, Bahasa Melayu, Bahasa Madura, Bahasa Padang, etcetera. 2. Performing arts (such as traditional music, dance and theatre) e.g., Gamelan (from Center Java, East Java and Bali), Tari Pendet (from Bali), Lenong (from Jakarta, Indonesia), etcetera