Skip to main content

Asap Perang

Pagi itu biru. Aku masih menopang tubuhku dengan lutut dan jari-jari kakiku di atas tanah. Mamaku masih berada di sampingku, bertahan dengan isak tangisnya. Di belakangku berdiri Laras dan Zahra. Laras---kekasih Angga, adikku yang sekarang sudah di sana---masih menutupi mulutnya dengan sapu tangan birunya, yang kemudian aku ketahui bahwa itu pemberian dari Angga. Beberapa remaja putih abu-abu masih berada di bawah pohon mahoni, memerhatikan kami yang masih berpanas-panasan sejak tadi.

"Gar, sudah siang nih, ajak mamamu berteduh. Baju hitam kan menyerap panas." kata Ibu Dewi, guru Bahasa Indonesia sekaligus wali kelas adikku.

Ibu Dewi masih ingat padaku ternyata, beliau pernah mengajariku ilmu-ilmu di tahun terakhirku.

Di bangku kayu yang sewaktu-waktu bisa roboh itu Mama dan Ibu Dewi duduk. Mama masih meratap, sulit menerima realita. Aku berdiri di samping Laras sambil sesekali mengelus-elus punggungnya ketika nafasnya terengah-engah. Sulit untuk diterima memang, adikku satu-satunya, anak laki-laki mama satu-satunya, kekasih Laras yang tersayang tiba-tiba pergi dan hanya akan kembali dalam imajinasi kami.

***

Siang itu Angga pulang sekolah bersama Dimas dengan motor pemberian papa sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke tujuh belas. Jalan protokol ramai lancar. Angga dan Dimas mulai curiga saat melihat beberapa temannya berjalan dengan kecepatan yang tidak biasa, mereka menggenggam sesuatu di tangan mereka---gear dengan tali yang mengikatnya.

"Dim, itu ada anak-anak SMA tetangga bawa clurit sama golok."

"Waduh.., Ga, mampus kita! Ayo ngebut Ga!"

Namun baru saja Angga mendahului dua mobil angkutan umum di depannya, lengannya terdorong oleh anak-anak yang berlarian sehingga ia, motornya beserta Dimas terjatuh. Dimas berhasil untuk menyingkirkan motor yang menjepit kaki kanan Angga lalu membantu Angga untuk berdiri sebelum ia menyadari kaki temannya itu terluka.

Belum sempat Angga duduk di atas jok motornya, gear sudah mendarat di punggungnya. Angga tersungkur helmnya membentur helm yang dikenakan Dimas yang siap untuk membonceng Angga. Pundak Angga ditarik lalu pisau lipat itu menusuk perutnya.

Mama menggenggam tanganku lalu memandangku. Matanya sembab karena menangis sejak kabar itu datang.

"Pulang." Mama bangkit dari bangku kayu itu.

Aku merangkul pundaknya yang ringkih, yang masih bergetar karena nafasnya yang tidak stabil.

Aku berpamitan kepada Ibu Dewi dan perempuan-perempuan itu lalu mengucapkan terimakasih. Mama menoleh melihat Ibu Dewi dan tersenyum berterimakasih.

Hingga mobil ini melewati satu lampu merah itu mama masih diam. Perempatan selanjutnya agak macet.

"Gar, memang gak ada yang bisa disalahkan, ya?"

"..."

"Tapi Tuhan adil gak sih?---mencabut nyawa anak yang gak bersalah?"

"Kelahiran dan kematian itu takdir ma. Gak bisa dimajukan atau diundurkan. Itu rahasia Tuhan, caranya juga dirahasiakan. Memang sudah waktunya, ikhlas itu satu-satunya cara."

Pandangan mama kosong.

"Setidaknya dengan ini, semua bisa mengambil pelajaran."

Comments

  1. Wew, serasa baca novel... :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. aduhhh makasih ya, semoga bisa nulis novel beneran. aminnnnn.

      Delete
  2. Wuihh...Kaga sia sia gue baca awal sampe akhir..ceritanya menarik Walaupun endingnya agak nyesekk.. hiks hiks

    ReplyDelete
  3. masuk sih ceritanya dan temanya juga dapet. pesannya dapet, tapi coba baca ulang deh ketentuan BSOnya, harus ada kalimat TAWURAN SEHAT, kalau bisa di judulnya juga. kan tujuan BSO itu serempak di hari yang sama dengan judul yang sama, biar di pencarian gugel selaras. CMIIW :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe iya disitu gak ada kata "tawuran" dan kata "sehat" sama sekali. makasih ya udah ngingetin.

      Delete
  4. Sama kayak punya ku,gak ada kata tawuran sehat,but overall nice ceritanya,ada pesan moral yang di sajikan..salm kenal n salam solid nisa..

    ReplyDelete
  5. ceritanya bagus dan ngena banget..
    :)
    salam solid..

    ReplyDelete
  6. bila sudah waktunya, hiksss... siapakah yang bisa memajukan... hiks... dan mengundurkan... hiks... hiks.... (tissue mana... tissue...)

    ReplyDelete
  7. kunjungan perdana :) sambil baca2

    visit n komentback y di blogq :)
    http://achsanarea23.blogspot.com

    ReplyDelete
  8. ceritanya keren.. plus... sediiihh :'(
    hiks

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Review: Critical Eleven (Film)

PS: Postingan ini bukan hanya berisi review film, tapi juga sedikit cerita pengalaman nekat menonton film naik motor sendiri Taktakan-Serang-Cilegon panas-panasan saat puasa. Alhamdulillah, rasa penasaranku terobati. I’ve finally watched Critical Eleven! Ya, rasanya memang selalu kurang afdol jika kamu sudah membaca sebuah karya yang menurutmu menarik, tapi kamu tidak menyaksikan karya tersebut dalam bentuk film. Ketika film dari buku yang kamu sukai muncul, setidaknya ada perasaan penasaran dan dorongan untuk membandingkannya dengan buku yang sudah kamu baca, kan? Setidaknya itulah yang terjadi padaku. Sabtu, 10 Juni 2017, tepatnya sebulan setelah film Critical Eleven mulai tayang di bioskop, aku melihat postingan instagram Ika Natassa yang merupakan penulis novel Critical Eleven, katanya film yang diangkat dari novelnya itu masih tayang di beberapa bioskop, salah satunya di Cilegon. Tanpa babibu aku langsung mengecek jadwal film di Cinema XXI Cilegon dan mendapati bahwa ku

Gila Followers?

Pernah baca "FOLLBACK GUE DONG..." di timeline twitter kalian atau di mention tab kalian? atau   "eh, follow blog gue ya!" yang disisipkan di antara komentar postingan blog kalian? atau  "woy, gue baru bikin tumblr nih. follow back ya!"  lewat chat facebook kalian atau di timeline twitter? Nah, kali ini gue cuma mau sharing aja ya tentang pengalaman gue tentang si gila followers . Jujur, jaman gue masih SMP (baru kenal twitter) kerjaan gue selain ngetwit ya minta difollow back sama artis-artis mancanegara. Tapi lambat laun gue tahu bahwa minta follow back orang yang belum dikenal itu sangat mengganggu dan gak sopan. Nah, sejak itu gue gak pernah minta follow back lagi kecuali kepada temen-temen deket gue yang baru bikin twitter. Beberapa bulan yang lalu... eh udah setahun sih, gue mendapati temen gue minta di-follow-back tumblr-nya karena dia baru membuat tumblr . Dia memberitahukan gue lewat chat facebook . Nah, karena gue gak enak hati sam

Do Not Rape Our National Heritages!

Today we can hear so many news on television about our national heritage which are stolen by other country.  We can search on google with the keyword “mencuri kebudayaan” and there are more than a million result in less than a second. It proved that there were bunch of people find the information about it. What kind of national heritage which is stolen by that country? Why are they steal our national heritages? And how to solve this case? Our national heritages is not only tangible heritages like Candi Borobudur or Taman Nasional Komodo, but we also have so many Intangible cultural heritages which is manifested through these points below: 1. Oral traditions and expressions (including Language). e.g., Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, Bahasa Melayu, Bahasa Madura, Bahasa Padang, etcetera. 2. Performing arts (such as traditional music, dance and theatre) e.g., Gamelan (from Center Java, East Java and Bali), Tari Pendet (from Bali), Lenong (from Jakarta, Indonesia), etcetera