Skip to main content

Pensi; 24 Mei 2011

  Hari ini gue remedial olahraga KAYANGGGGG… gue dapet nilai 80! Yay! Thankyou so damn much buat Ibu Dian, guru olahraga sekaligus wali kelas gue tercinta.
Okay, ini tentang Pensi tanggal 24 Mei 2011. Kelas gue tampil di urutan pertama! Yap di urutan pertama! Gue baru sampai di sekolah sekitar jam 06:30 gue diantar papa gue tercinta, papa gue yang paling gaul se-jagat-raya dengan mengendarai mobil berwarna hitam yang banyak goresan-goresan karya anak-anak jalanan nan berandalan yang iseng di lampu merah. Gue diantar sampai ke dalam kelas karena papa bantuin gue angkat keyboard sewaan yang super berat. Ya, keyoardnya kami (keluarga gue) sewa dari tetangga gue yang notabene mempunyai pekerjaan sampingan sebagai pemain keyboard kalau ada acara-acara seperti reuni akbar dan semacamnya. Sebelumnya gue emang bingung setengah mampus gara-gara gue gak punya keyboard bahkan mama gue tercinta bilang kalau mama gue sanggup nyewa mobil losbak sekaligus orang buat angkat piano gue yang super besar dan semi klasik itu. Tapi gue gak tega kalau piano gue yang mengkilap sampe bisa dipakai buat mengaca itu tergores oleh kuku para tangan-tangan jahil. Okay, gue tau ini namanya suuzan tapi menduga-duga itu boleh kan? Zaman sekarang pasti banyak dong orang-orang jahil nan menyebalkan.
Sesampainya di kelas gue langsung latihan bareng teman-teman grup vokal. Jam 07:00 kami bergegas ke rest room untuk berganti kostum dan bersolek. Gue benci pakai make up, gue benci pakai rok yang sempit alias rok span. Tapi apa mau dikata, gue harus pakai pakaian tradisional khas Jawa Tengah karena tema pensi kami adalah Jawa Tengah. Setelah lama berkutat dengan kebaya, make up dan sebagainya gue dan teman-teman dan wali kelas kami berdoa bersama untuk memohon kelancaran dalam pensi kami. Sebenarnya inilah saat-saat yang paling mengharukan pada saat itu. Setelah semuanya beres, kami bersiap ke atas panggung dan huala!!! Suara gamelan pun bergema di telinga kami semua beserta para penonton, sang narator pun mulai melontarkan kata demi kata dalam Bahasa Jawa dengan logat khas sang narator. Gue mulai gugup setengah mampus saat gue hendak memainkan lagu-lagu atau instrumental untuk mengiringi situasi dalam drama. Ya, bisa dibilang musik yang gue dan grup musik gamelan mainkan adalah musik untuk background teater. Tapi setelah lagu-lagu itu selesai gue mainkan, perasaan gue berubah senang dan gembira serta lega seperti orang yang akhirnya mengeluarkan kotoran mereka setelah mereka menahannya untuk waktu yang sangat lama.
Pensi pun selesai, kami bahagia… sekali! Ibu Sri, guru kesenian kami melontarkan komentar-komentar baik yang dapat membuat kami lebih baik lagi di masa depan. Kami sangat bahagia dan tidak dapat menduga bahwa ini akan terjadi, pensi selesai dan hasilnya sangat bagus maksud gue, hasilnya cukup untuk memuaskan batin kami. Padahal persiapan kami hanya beberapa hari dan itu pun tidak intensif. Latihan intensif baru dimulai dua hari sebelum pensi itu pun gue belum latihan bareng grup vokal karena gue belum dapet keyboard sewaan. Gue baru dapet keyboardnya satu hari sebelum pensi. This is unbelievable but its true! Wow! Pokoknya it can’t described just by words!
Novita (kiri) dan gue (kanan)

   Grup tari
Gue pakai kerudung, main keyboard
By the way, look at the background! It's kinda creepy but it was our hardship

Grup musik gamelan

Grup teater

Whatta nice style? Haha...

Musikalisasi puisi oleh Resti

Yap, itu adalah foto-foto hasil jepretan teman gue tercinta dari kelas X-8, Irene si cantik dari gua hantu! Hahaha...
Okay, that's all for now. See ya on my next post!

Comments

Popular posts from this blog

Review: Critical Eleven (Film)

PS: Postingan ini bukan hanya berisi review film, tapi juga sedikit cerita pengalaman nekat menonton film naik motor sendiri Taktakan-Serang-Cilegon panas-panasan saat puasa. Alhamdulillah, rasa penasaranku terobati. I’ve finally watched Critical Eleven! Ya, rasanya memang selalu kurang afdol jika kamu sudah membaca sebuah karya yang menurutmu menarik, tapi kamu tidak menyaksikan karya tersebut dalam bentuk film. Ketika film dari buku yang kamu sukai muncul, setidaknya ada perasaan penasaran dan dorongan untuk membandingkannya dengan buku yang sudah kamu baca, kan? Setidaknya itulah yang terjadi padaku. Sabtu, 10 Juni 2017, tepatnya sebulan setelah film Critical Eleven mulai tayang di bioskop, aku melihat postingan instagram Ika Natassa yang merupakan penulis novel Critical Eleven, katanya film yang diangkat dari novelnya itu masih tayang di beberapa bioskop, salah satunya di Cilegon. Tanpa babibu aku langsung mengecek jadwal film di Cinema XXI Cilegon dan mendapati bahwa ku

Review: Himouto! Umaru-chan (Anime TV Series)

Cover Serial Televisi Anime Himouto! Umaru-chan Judul                 : Himouto! Umaru-chan Penulis              : Takashi Aoshima Sutradara         : Masahiko Ohta Tahun Tayang : 2015 Himouto! Umaru-chan adalah serial manga yang  ditulis oleh Sankaku Head yang kemudian diadaptasi ke dalam serial televisi pada tahun 2015 lalu, tepatnya anime ini tayang pada tanggal 9 Juli 2015 hingga 24 September 2015. Kemarin saya baru saja selesai menonton serial anime ini. Hanya ada 12 episodes, sehingga tidak membutuhkan banyak waktu untuk mengetahui akhir cerita serial anime bergenre komedi ini. Umaru adalah seorang gadis SMA yang sangat pintar, berbakat, baik hati, sangat cantik, serta menarik, sangat sempurna sehingga semua orang menyukainya. Namun sifat-sifat tersebut berubah drastis seketika Umaru masuk ke dalam apartemen kecil kakaknya, Taihei. Umaru berubah menjadi seorang pemalas. Ia hanya mau bermain game, makan, dan tidur. Oke, langsung lanjut ke epis

Do Not Rape Our National Heritages!

Today we can hear so many news on television about our national heritage which are stolen by other country.  We can search on google with the keyword “mencuri kebudayaan” and there are more than a million result in less than a second. It proved that there were bunch of people find the information about it. What kind of national heritage which is stolen by that country? Why are they steal our national heritages? And how to solve this case? Our national heritages is not only tangible heritages like Candi Borobudur or Taman Nasional Komodo, but we also have so many Intangible cultural heritages which is manifested through these points below: 1. Oral traditions and expressions (including Language). e.g., Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, Bahasa Melayu, Bahasa Madura, Bahasa Padang, etcetera. 2. Performing arts (such as traditional music, dance and theatre) e.g., Gamelan (from Center Java, East Java and Bali), Tari Pendet (from Bali), Lenong (from Jakarta, Indonesia), etcetera