Skip to main content

Good Bye Semester 6

Selamat lebaran, minal aidin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin.

Alhamdulillahirrobilalamiin, akhirnya bisa merasakan nikmatnya Ramadhan 1438 Hijriyah, semoga tahun depan bisa tetap merasakan euforia Ramadhan dan bisa menjalankan ibadah puasa dengan lebih maksimal. Aamiin.

Satu hal yang paling kusyukuri dari bulan Ramadhan tahun ini adalah aku akhirnya bisa juga menyelesaikan semester 6 dengan lancar, walaupun belum semua nilai keluar, tapi sejauh ini aku sangat bersyukur dengan hasil yang kudapat. Semoga sisanya hasilnya bagus.

Entah aku, atau semuanya juga bisa merasakannya, menurutku semester 6 adalah semester yang paling berat sejauh ini. Mata kuliah yang semakin sulit, banyaknya tugas, dan jadwal yang padat sepertinya jadi alasan utama mengapa semester ini terasa berat. Aku mengambil 8 mata kuliah dengan total 24 sks, yang berarti setiap mata kuliahnya berbobot 3 sks. Aku kuliah dari Senin hingga Kamis, tapi rasanya hampir setiap weekend jadwalku selalu padat dengan tugas.

Tapi walaupun begitu, bukan berarti aku benar-benar tidak pernah main atau sekedar berbelanja ke mall. Semester 6 tidak menyita masa mudaku kok, tidak juga merenggut waktuku bersama komunitas radio kampus yang kuikuti, tapi di semester inilah kesabaran dan ketahananku diuji.

Sabar menghadapi mata kuliah yang semuanya punya tingkat kesulitan yang lebih parah dibandingkan mata kuliah di semester-semester sebelumnya. Sabar menghadapi beberapa dosen yang alhamdulillah selalu mendorongku untuk menjadi kuat dan sempurna dengan memberikan tugas berat sekaligus mengharapkan hasil sempurna. Sabar jika Jumat, Sabtu, dan Mingguku dipenuhi dengan target-target tugas yang harus kurampungkan. Sabar jika terkadang waktu mainku dengan teman-teman dan waktuku berkumpul dengan Tirta FM menjadi harga yang harus kutukar dengan selesainya tugas-tugasku. Semester 6 membuatku harus tahan untuk tidur di saat yang tidak menentu, terutama jika target memaksa untuk selesai esok hari. Memaksaku harus tahan akan permintaan dosen yang ini-itu soal tugas. Harus tahan akan godaan untuk bersenang-senang dan menghabiskan uang, karena di semester ini juga kebutuhan meningkat, pengeluaran untuk tugas juga banyak.

Ada satu mata kuliah yang sangat unik di semester 6, namanya Komunikasi Multimedia. Mata kuliah ini katanya adalah mata kuliah kelanjutan dari mata kuliah-mata kuliah yang sudah diambil di semester-semester sebelumnya, yaitu Dasar Fotografi, Fotografi Humas, Produksi Siaran TV, dan Produksi Siaran Radio, serta Penulisan Humas. Kok bisa? Katanya Komunikasi Multimedia membutuhkan gabungan dari ilmu-ilmu yang sudah didapatkan dari mata kuliah-mata kuliah tersebut. Tugas-tugas di mata kuliah ini semuanya spesial menurutku. Yang pertama, tugas individual membuat majalah 100 halaman dengan aplikasi Adobe In Design, dan yang kedua tugas kelompok membuat video profile Kota dan Kabupaten di Provinsi Banten dengan aplikasi Adobe Premiere. Amazing isn’t it? Don’t you think is it interesting? Cause i did. Padahal kenyataannya tidak semenyenangkan yang kubayangkan.

Membuat majalah 100 halaman benar-benar beban karena menyita waktu, tenaga, dan kuota internet untuk mendownload banyak sekali gambar dan artikel, karena kami tidak bisa 100% menggunakan gambar hasil jepretan sendiri dan artikel tulisan sendiri. Adapun sebuah artikel di majalahku adalah hasil copy paste yang kuedit dengan bahasaku sendiri, atau setidaknya aku mengambil beberapa poin dari artikel di internet kemudian kutulis ulang. Sementara foto, aku memilih untuk mendownload foto-foto yang tidak tersedia di file koleksi fotoku seperti foto artis dan foto untuk melengkapi artikel tertentu. Aku menghabiskan waktu berhari-hari untuk menyelesaikan ini ditengah-tengah kejaran target dari tugas-tugas lainnya yang juga berat. Syukurlah bisa selesai lebih awal. Walaupun melelahkan, tapi rasanya ternyata seru mendesain layout-layout majalah, memasukkan foto-foto dan artikel, karena sebenarnya aku menyukai pekerjaan seni seperti ini.

Sampul majalah B MAGZ hasil kerja keras.

Salah satu iklan di majalah B MAGZ hasil desain sendiri, jiplak wajah sendiri.

Yang kedua, membuat video profile Kota dan Kabupaten di Banten. Ini adalah tugas yang benar-benar menyita waktu, tenaga, dan ongkos. Kelompokku yang terdiri dari empat orang, Aku, Riska, Bang Panji, dan Gilang kebagian membuat video profile Kota Tangerang Selatan. Hanya Riska yang benar-benar mengenal tempat-tempat di Tangerang Selatan karena rumahnya di Ciledug, sementara yang lainnya benar-benar buta daerah tersebut. Seharian kami hunting video dan hanya mendapatkan 2 menit ketika sudah diedit di Premiere, padahal yang diminta 5 menit. Akhirnya Bang Panji mencoba edit lagi dengan memasukkan video-video sisa yang kebanyakan blur, dengan aplikasi Corel Video Studio *cmiiw* yang otomatis tidak sesuai aturan tugas. I don’t know how to express my feeling when the day of Video Screening’s coming. Rasanya kesal karena banyak hal. Tapi ya sudahlah, aku pasrah. Semoga bisa mendapatkan nilai yang tetap baik. Aamiin.

Semester 6, saat kesabaran dan ketahananku diuji, aku belajar untuk kuat. Aku belajar untuk tetap santai dan selalu berpikir positif, karena saat-saat seperti itu tidak akan bertahan selamanya. Dan pada akhirnya, Kamis, 15 Juni lalu, semester ini kututup dengan buka puasa bersama Humas 2014. Pada akhirnya, Kamis, 22 Juni lalu, aku sudah menyelesaikan tugas UAS terakhirku, Manajemen Krisis dan Reputasi. Pada akhirnya aku hanya tinggal menunggu nilai-nilai yang belum keluar. Pada akhirnya aku sadar bahwa ternyata aku bisa juga tahan dan kuat melewati 4 bulan paling berat selama aku berkuliah di Ilmu Komunikasi UNTIRTA.

Humas 2014 (nggak semua).
Nggak nyangka semester-semester selanjutnya kita akan jarang bertemu karena mata kuliah sudah tinggal sedikit dan ada magang serta skripsi yang akan menyibukkan kita. Semoga kita bisa foto seperti ini lagi kapan-kapan. :')

Humas 2014 Mengucapkan Minal Aidin Wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir dan Batin. Yeee.

Semoga di semester 7 dan 8 aku juga bisa melewatinya dengan ketabahan hingga lulus tepat waktu agar tidak perlu membayar UKT yang mahal lagi. Aamiin.


So, good bye Semester 6. J

Comments

  1. wahh ternyata jadi anak ilkom berat juga yakk :D hehehe
    btw, salam kenal ya, atu!

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Review: Critical Eleven (Film)

PS: Postingan ini bukan hanya berisi review film, tapi juga sedikit cerita pengalaman nekat menonton film naik motor sendiri Taktakan-Serang-Cilegon panas-panasan saat puasa. Alhamdulillah, rasa penasaranku terobati. I’ve finally watched Critical Eleven! Ya, rasanya memang selalu kurang afdol jika kamu sudah membaca sebuah karya yang menurutmu menarik, tapi kamu tidak menyaksikan karya tersebut dalam bentuk film. Ketika film dari buku yang kamu sukai muncul, setidaknya ada perasaan penasaran dan dorongan untuk membandingkannya dengan buku yang sudah kamu baca, kan? Setidaknya itulah yang terjadi padaku. Sabtu, 10 Juni 2017, tepatnya sebulan setelah film Critical Eleven mulai tayang di bioskop, aku melihat postingan instagram Ika Natassa yang merupakan penulis novel Critical Eleven, katanya film yang diangkat dari novelnya itu masih tayang di beberapa bioskop, salah satunya di Cilegon. Tanpa babibu aku langsung mengecek jadwal film di Cinema XXI Cilegon dan mendapati bahwa ku

Do Not Rape Our National Heritages!

Today we can hear so many news on television about our national heritage which are stolen by other country.  We can search on google with the keyword “mencuri kebudayaan” and there are more than a million result in less than a second. It proved that there were bunch of people find the information about it. What kind of national heritage which is stolen by that country? Why are they steal our national heritages? And how to solve this case? Our national heritages is not only tangible heritages like Candi Borobudur or Taman Nasional Komodo, but we also have so many Intangible cultural heritages which is manifested through these points below: 1. Oral traditions and expressions (including Language). e.g., Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, Bahasa Melayu, Bahasa Madura, Bahasa Padang, etcetera. 2. Performing arts (such as traditional music, dance and theatre) e.g., Gamelan (from Center Java, East Java and Bali), Tari Pendet (from Bali), Lenong (from Jakarta, Indonesia), etcetera

Gila Followers?

Pernah baca "FOLLBACK GUE DONG..." di timeline twitter kalian atau di mention tab kalian? atau   "eh, follow blog gue ya!" yang disisipkan di antara komentar postingan blog kalian? atau  "woy, gue baru bikin tumblr nih. follow back ya!"  lewat chat facebook kalian atau di timeline twitter? Nah, kali ini gue cuma mau sharing aja ya tentang pengalaman gue tentang si gila followers . Jujur, jaman gue masih SMP (baru kenal twitter) kerjaan gue selain ngetwit ya minta difollow back sama artis-artis mancanegara. Tapi lambat laun gue tahu bahwa minta follow back orang yang belum dikenal itu sangat mengganggu dan gak sopan. Nah, sejak itu gue gak pernah minta follow back lagi kecuali kepada temen-temen deket gue yang baru bikin twitter. Beberapa bulan yang lalu... eh udah setahun sih, gue mendapati temen gue minta di-follow-back tumblr-nya karena dia baru membuat tumblr . Dia memberitahukan gue lewat chat facebook . Nah, karena gue gak enak hati sam