Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2019

Hari Sedih

Hari ini aku sedih sekali. Inget hal-hal gak enak yang kualami beberapa waktu lalu. Hal-hal suram yang sering bikin aku mikir hidup itu gak enak. Bukan gak bersyukur, ada kalanya aku bahagia sekali sampai lupa kalau aku pernah merasakan hal-hal menyedihkan, tapi hari ini aku sedih, dan semua ingatan soal kesedihan yang menimpa sepanjang umurku bermunculan. Manusia pasti pernah begini. Wajar. Kemarin aku senang, sekarang aku sedih. Tadi siang aku menangis sampai aku kelelahan. Aku menangis sambil bercerita kepada seseorang yang mengerti diriku dalam imajinasiku. Aku gak pernah percaya seseorang untuk kuceritakan rahasia paling menyenangkan dan paling menyedihkan dalam hidupku. Gak ada seorangpun yang cocok untuk kubagi rahasia-rahasia terbesarku. Belum ada, mungkin. Itulah mengapa aku hanya bercerita dalam imajinasiku sambil mengeluarkan air mata sungguhan yang deras sekali. Sudah lama aku gak menangis dan menangisi semua kesedihanku. Aku ingin bertanya, apakah hanya aku saja

Lingkaran Bullying dan Aku yang Mencoba Bertahan dan Berusaha Menjadi Lebih Baik

Bullying memang gak lepas dari kehidupan sosial kita. Dari kecil kita sudah terpapar oleh bullying , ringan atau berat, menjadi korban atau pelaku. Aku pernah jadi korban, dan pernah jadi pelaku, walau seringnya jadi korban. Sedih ya? Iya. Bullying juga ada beberapa macam dari yang pernah kubaca dan pernah kupresentasikan beberapa tahun lalu di sekolah, ada bullying secara fisik dan ada secara verbal. Kemudian belakangan aku dengar ada bullying sosial dan bullying siber ( cyberbullying ) juga. Dan masing-masing jenis bullying punya turunan tersendiri yang banyak dan bermacam-macam juga. Tapi untuk detailnya mungkin bisa dipelajari di sumber-sumber yang lebih terpercaya. Poinku di sini adalah bahwa kita gak akan bisa benar-benar mengendalikan lingkungan kita agar bersih dari bullying yang sepertinya sudah membudaya, tapi kita bisa mengontrol diri supaya gak jadi pelaku, dan mengontrol diri supaya gak berlarut-larut jadi korban bullying . Aku gak akan memaparkan praktiknya s

Lambat

Lambat selalu punya konotasi negatif, setidaknya belakangan ini, saat semuanya dituntut untuk serba cepat---lebih cepat. Apalagi budaya lingkunganku yang ternyata aku sadari telah membentuk trek hidup dengan rapih---seperti setelah belajar dari TK hingga SMA tanpa pernah gak naik kelas, harus masuk kuliah dan lulus tepat setelah delapan semester, kemudian mendapat pekerjaan tetap, menetap di suatu tempat, dan menikah, dan punya anak, kemudian mengulang fase-fase itu lagi---membuat kita gak hanya harus cepat, tetapi juga lari di trek yang benar (menurut budaya lingkungan ini). Pernah gak sih dengar orang-orang tua bilang, “Ayo belajar ABC biar cepat masuk SD”, atau sekedar “Ayo makan yang banyak, biar cepat gede”? I don’t know it is just me or everyone else also thinking about this too, but this kind of thought somehow makes us want to do everything faster, want to get everything immediately, grow faster, and so on. And it makes everything that is not running on a right pace and right

Review: Mantan Manten (Film)

Mantan Manten, judul yang cukup provokatif. Ketika melihat posternya diposting di salah satu akun Twitter pecinta film, aku langsung bertanya-tanya, ini kisah seseorang yang mantannya yang sudah jadi pengantin? Atau kisah seseorang yang jadi mantan pengantin karena pernikahannya gagal? Awalnya pertanyaanku hanya sampai di situ saja, tapi lama-lama ada banyak  tweet  tentang promosi film Mantan Manten yang sangat lincah dan cerdas, seperti poster dengan kalimat  “Mantan: Mau telepon malu, gak telepon rindu” ,  “Baru mau move on, eh ditelepon”  dan sejenisnya yang membuat aku bertanya lagi, ini film komedi romantis atau apa? Apalagi didukung dengan poster dominan warna merah muda dengan karakter-karakter utama yang saling pandang sambil tersenyum bahagia di sana. Kemudian presepsi awal soal  genre  film ini cukup terbantahkan setelah aku menonton  trailer -nya,  ya, should’ve known , kata “mantan” dan kata “manten” itu gak akan pernah asik kalau dijadikan satu, sama seperti  trailer