Skip to main content

Karakter Pendidik Yang Dapat Memajukan Bangsa


Pendidikan adalah topik yang tidak ada habisnya untuk diperbincangkan. Hal ini terjadi karena pendidikan adalah salah satu faktor terbesar yang dapat memengaruhi kemajuan suatu bangsa. Negara kita pun selalu berupaya untuk memajukan pendidikan demi kelangsungan hidup dimasa mendatang. Namun masih sering kita temui masalah-masalah yang menghambat perkembangan pendidikan, salah satu masalah tersebut adalah  mengenai pendidik.

Pendidik adalah suatu aspek terpenting dalam dunia pendidikan. Terlalu sempit jika kita mengartikan pendidik sebagai orang yang mengajar pelajaran sekolah. Pendidik sesungguhnya adalah orang yang dapat membentuk kepribadian seseorang menjadi manusia yang lebih tinggi derajatnya---bukan menjadikan kaya raya, melainkan memanusiakan manusia, bukan hanya dengan cara meningkatkan kecerdasan kognitif (Intelligence Quotient), tetapi juga meningkatkan kecerdasan emosional (Emotional Quotient) dan juga kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient) yang juga dapat memengaruhi kepribadian orang-orang yang mereka didik kelak. Kecerdasan emosional sangat penting karena emosi adalah perasaan intens yang ditujukan oleh seseorang atau sesuatu dan setiap orang memberikan respon yang berbeda terhadap rangsangan pemicu emosi. Respon yang berbeda tersebut dipengaruhi oleh kecerdasan emosional masing-masing individu. Jika kecerdasan emosional seseorang rendah, maka dia akan sulit untuk mengatur emosinya sehingga sangat memengaruhi proses kehidupannya dan otomatis hal tersebut sangat merugikan dirinya sendiri. Sudah seharusnya pendidik melatih kecerdasan emosional orang-orang yang mereka didik supaya   mereka dapat mengatur emosi mereka menjadi emosi positif. Kecerdasan spiritual juga sangat penting karena hal ini berkaitan dengan akhlak manusia. Hendaknya para pendidik yang baik juga dapat membantu peserta didiknya untuk mengembangkan kecerdasan spiritual mereka. Nah, selain harus mengerti pentingnya kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual bagi keseimbangan hidup manusia, pendidik juga harus memiliki karakter yang dapat memajukan bangsa.

Yang pertama adalah humanis. Sebagaimana kita ketahui humanis adalah sifat manusiawi atau sifat manusia yang berakal dan berakhlak. Tidak bisa dibayangkan jika seorang pendidik tidak memiliki sifat ini, pastilah akan banyak sekali kasus-kasus penyiksaan terhadap peserta didik seperti yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Data dari Nasional World Vision Indonesia menyebutkan bahwa terjadi peningkatan jumlah kasus kekerasan terhadap anak dalam kurun waktu dua tahun belakangan. Dari 1.626 kasus pada tahun 2008 meningkat menjadi 1.891 kasus pada tahun 2009, dari data 1.891 kasus pada tahun 2009 tercatat sebanyak 891 kasus kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah. Hal ini menggambarkan karakter pendidik Indonesia yang masih kurang manusiawi. Sebagai manusia yang dianugerahi akal dan hati nurani hendaklah bersikap selayaknya manusia, apalagi sebagai seorang pendidik yang sebenarnya adalah contoh bagi peserta didiknya seharusnya baik dalam bersikap.

Yang kedua adalah kreatif dan inovatif. Kreatif adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Sementara inovatif yaitu kemampuan dalam memperbaharui sesuatu yang sudah ada. Seorang pendidik yang mempunyai sifat kreatif dan inovatif pasti akan lebih sukses dalam mendidik. Mengapa? Karena dewasa ini, masyarakat terutama masyarakat modern lebih antusias dan terbuka pada hal-hal baru yang dapat menunjang kehidupannya. Hal ini sudah dilakukan oleh beberapa guru saya di sekolah, beberapa dari mereka sudah menerapkan metode belajar yang menyenangkan seperti belajar diluar ruang kelas untuk menciptakan suasana belajar yang baru atau menambah kosa kata bahasa inggris dengan bermain permainan hangman. Orang tua saya juga sangat kreatif, mereka memberikan saya CD interaktif matematika agar belajar matematika tidak terasa membosankan, karena dalam CD intraktif tersebut belajar matematika seperti bermain permainan di komputer. Pendidik yang kreatif dan inovatif dapat membuat peserta didiknya lebih bersemangat untuk belajar dan sukses dikemudian hari.

Selanjutnya adalah inspiratif. Seorang pendidik yang inspiratif dapat menanamkan sugesti dalam pikiran orang-orang yang mereka didik untuk menjadi lebih maju dan secara tidak langsung memberikan dorongan kepada mereka untuk terus berusaha dalam meraih cita-citanya. Seorang anak yang memiliki seseorang yang menjadi inspirasinya cenderung lebih bersemangat untuk mengejar apa yang mereka inginkan. Seperti halnya Adele, seorang penyanyi peraih 6 piala grammy pada ajang 54th Annual Grammy Awards bulan Februari lalu. Adele menjadikan Spice Girls sebagai inspirasinya dalam hal bermusik sehingga ia bersemangat mengejar karirnya. Mungkin tidak semua pendidik menjadi inspirasi bagi orang-orang yang mereka didik, tetapi para pendidik dapat menanamkan sugesti ke dalam pikiran peserta didiknya seperti menceritakan kisah-kisah sukses para tokoh-tokoh dunia sehingga mereka terinspirasi untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi.

Jika para pendidik memiliki sifat humanis, kreatif, inovatif dan inspiratif, pasti  peserta didiknya akan lebih bersemangat lagi untuk menjadi manusia yang dapat memajukan bangsa. Selain itu, jika para pendidik mengerti bahwa kecerdasan spiritual dan emosional juga dapat mempengaruhi kepribadian orang-orang yang mereka didik dimasa mendatang, niscahya akan terlahir orang-orang sukses yang tidak hanya pintar, tetapi juga berbudi pekerti baik.


Comments

  1. sedang berkontes ria..? :D

    semoga sukses mbak.. :)

    karakter pendidik ya, bukan pengajar, sebab guru adalah pendidik, bukan pengajar.. :)

    ReplyDelete
  2. Keberhasilan suatu bangsa sangat ditentukan oleh SDMnya. SDM yang baik ini bisa dihasilkan melalui sistem "pendidikan" yang terstrukturisasi dengan baik pula sejak dini. Masyarakat skrg banyak menyalahkan pemerintah semata yg tidak becus mengelola lembaga pendidikan formalnya dimana ada sistem, guru, dsb disana, tapi ini juga tanggung jawab keluarga sebagai lembaga inform pertama, lingkungan, entitas dalam memberikan program pendidikan inform yang baik, dan semua orang yang sudah sadar bahwa bangsa ini butuh perubahan. Dan perubahan itu bisa dimulai dari sini.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Review: Critical Eleven (Film)

PS: Postingan ini bukan hanya berisi review film, tapi juga sedikit cerita pengalaman nekat menonton film naik motor sendiri Taktakan-Serang-Cilegon panas-panasan saat puasa. Alhamdulillah, rasa penasaranku terobati. I’ve finally watched Critical Eleven! Ya, rasanya memang selalu kurang afdol jika kamu sudah membaca sebuah karya yang menurutmu menarik, tapi kamu tidak menyaksikan karya tersebut dalam bentuk film. Ketika film dari buku yang kamu sukai muncul, setidaknya ada perasaan penasaran dan dorongan untuk membandingkannya dengan buku yang sudah kamu baca, kan? Setidaknya itulah yang terjadi padaku. Sabtu, 10 Juni 2017, tepatnya sebulan setelah film Critical Eleven mulai tayang di bioskop, aku melihat postingan instagram Ika Natassa yang merupakan penulis novel Critical Eleven, katanya film yang diangkat dari novelnya itu masih tayang di beberapa bioskop, salah satunya di Cilegon. Tanpa babibu aku langsung mengecek jadwal film di Cinema XXI Cilegon dan mendapati bahwa ku

Do Not Rape Our National Heritages!

Today we can hear so many news on television about our national heritage which are stolen by other country.  We can search on google with the keyword “mencuri kebudayaan” and there are more than a million result in less than a second. It proved that there were bunch of people find the information about it. What kind of national heritage which is stolen by that country? Why are they steal our national heritages? And how to solve this case? Our national heritages is not only tangible heritages like Candi Borobudur or Taman Nasional Komodo, but we also have so many Intangible cultural heritages which is manifested through these points below: 1. Oral traditions and expressions (including Language). e.g., Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, Bahasa Melayu, Bahasa Madura, Bahasa Padang, etcetera. 2. Performing arts (such as traditional music, dance and theatre) e.g., Gamelan (from Center Java, East Java and Bali), Tari Pendet (from Bali), Lenong (from Jakarta, Indonesia), etcetera

Gila Followers?

Pernah baca "FOLLBACK GUE DONG..." di timeline twitter kalian atau di mention tab kalian? atau   "eh, follow blog gue ya!" yang disisipkan di antara komentar postingan blog kalian? atau  "woy, gue baru bikin tumblr nih. follow back ya!"  lewat chat facebook kalian atau di timeline twitter? Nah, kali ini gue cuma mau sharing aja ya tentang pengalaman gue tentang si gila followers . Jujur, jaman gue masih SMP (baru kenal twitter) kerjaan gue selain ngetwit ya minta difollow back sama artis-artis mancanegara. Tapi lambat laun gue tahu bahwa minta follow back orang yang belum dikenal itu sangat mengganggu dan gak sopan. Nah, sejak itu gue gak pernah minta follow back lagi kecuali kepada temen-temen deket gue yang baru bikin twitter. Beberapa bulan yang lalu... eh udah setahun sih, gue mendapati temen gue minta di-follow-back tumblr-nya karena dia baru membuat tumblr . Dia memberitahukan gue lewat chat facebook . Nah, karena gue gak enak hati sam