Skip to main content

Review Konseling Via Aplikasi Riliv


Riliv adalah aplikasi layanan pengembangan psikologis dari Indonesia yang setahun belakangan ini sedang naik daun. Aku pribadi mengetahui Riliv dari akun instagramnya, @riliv, karena memang setahun hingga dua tahun belakangan ini aku cukup giat mencari tahu tentang pengembangan diri terutama dari sisi emosional. Walaupun aku tahu Riliv sejak lama, aku baru benar-benar menginstal aplikasi ini satu bulan lalu, sekitar pertengahan Desember dengan tujuan mendapatkan konseling dan tuntunan pengaturan emosi oleh para praktisi yang berpengalaman dengan harga yang cukup terjangkau.

Riliv menyediakan layanan meditasi dan konseling dengan psikolog secara online. Untuk layanan meditasi, sejauh ini aku baru menggunakan 3 sesi meditasi dari banyak sesi meditasi yang tersedia, baik yang gratis maupun yang berbayar. Sesungguhnya dulu aku rajin sekali bermeditasi setiap pagi sehabis subuh sebelum beraktivitas, biasanya aku duduk di teras sambil tarik napas buang napas dan jalan-jalan mondar-mandir di halaman rumah sambil menggerak-gerakan tangan ringan selama kurang lebih 15-30 menit, tapi entah kenapa sekarang aku sudah sangat jarang berdiam diri pagi-pagi di teras seperti dulu, itulah mengapa aku ingin kembali menjalani meditasi lagi walaupun memang sulit sekali untuk kembali konsisten. Di sesi meditasi di Riliv, pengguna akan dituntun untuk memfokuskan pikiran pada keadaan sekitar, kemudian pelan-pelan dituntun untuk berpindah ke suasana lain yang lebih membuat tenang seperti suasana pantai yang dengan suara ombak yang menenangkan, kemudian ada suara ombak dan pantai yang sayup-sayup mengiringi ucapan instruktur. Sesi meditasi ini berlangsung selama sekitar 10 menit. Untuk waktu meditasi sendiri aku tidak tahu kapan waktu terbaik, tapi aku sendiri lebih senang melakukan meditasi pada pagi hari atau sore hari setelah melakukan kegiatan di luar, mungkin bisa dilakukan kapanpun saat butuh dan jika suasana memungkinkan.

Kemudian untuk layanan konseling sendiri terdapat beberapa paket konseling, bisa dicek sendiri di aplikasinya, tapi yang jelas semakin banyak sesi yang diambil, rata-rata harga per sesinya jadi lebih murah. Aku sendiri mengambil paket konseling 4 sesi seharga Rp. 350,000 yang bisa dibayarkan via Gopay. Sebelum melakukan konseling, kita diharuskan untuk mengisi data diri dan permasalahan yang kira-kira ingin kita bahas, baik itu karir, pendidikan, keluarga, dan sebagainya kemudian kita menguraikan secara singkat permasalahan tersebut. Aku sendiri waktu itu memilih permasalahan karir, namun pada praktiknya, aku menguraikan semua masalah hidupku (bukan hanya karir) secara singkat di sesi pertama untuk memberikan psikolog gambaran permasalahan hidupku yang sungguh berat, kemudian aku memilih salah satu dari sekian banyaknya masalah hidup tersebut untuk dibahas di sesi pertama, sementara sisanya aku lanjutkan di sesi-sesi berikutnya. Untuk jadwal konseling, kita bisa mengaturnya bersama konselor, pokoknya 4 sesi konseling bisa dilakukan dalam waktu sebulan dan per sesi konseling diberi waktu 1 jam. Oh ya, layanan ini tidak disarankan untuk anak-anak di bawah usia 17 tahun, mereka yang melakukan self-harm, memiliki pikiran untuk bunuh diri, dan memiliki masalah mendesak atau mengancam hidup. Jadi jika teman-teman memiliki masalah tersebut, sebaiknya hubungi 119 (aku sendiri kurang tahu itu kontak emergency untuk apa karena belum pernah coba juga, dan setahuku layanan konseling dari pemerintah sudah tidak berjalan sejak lama, alasannya bisa googling sendiri).

Tapi sejujurnya walaupun ada imbauan untuk tidak melakukan konseling di Riliv jika sedang melakukan self-harm, dan memiliki suicidal thoughts, aku tetap melakukannya karena aku pikir aku butuh teman ngobrol yang bisa dipercaya dan kemungkinan tahu cara meladeni aku tanpa menghakimi.

Dari keempat sesi yang aku jalani sejujurnya aku cukup mendapatkan insight mengenai kesehatan mental, cara berpikir yang selama ini gak lurus, dan beberapa hal lain yang menyangkut permasalahanku. Tapi untuk semua saran yang diberikan psikolog sebenarnya aku sudah tahu dan entahlah, pemikiran negatif masih tetap ada dan saran-saran itu belum berhasil membebaskan aku dari rasa lelah dan tertekan (ini bukan self-diagnose karena kata psikolog aku tertekan dan kelelahan), karena mungkin belum aku kerjakan sepenuh hati, entahlah. Aku pikir orang dewasa dengan tingkat stress sepertiku gak butuh saran karena mereka rata-rata sudah tahu mereka sedang gak baik-baik saja dan XYZ adalah kemungkinan penyebabnya dan mereka juga rata-rata sudah tahu harus melakukan apa untuk membuat diri mereka baikan, intinya kami hanya butuh teman ngobrol. Jadi menurutku jika teman-teman ingin mencoba silakan, tapi jangan berharap setelah menjalani konseling beberapa sesi, hidup teman-teman bisa langsung bahagia, dan tenang lahir dan batin hingga akhir hayat karena gak ada yang bisa menjamin kebahagiaan dan ketenangan hidup.

Konseling minggu ke-4

Konseling minggu ke-3

Konseling minggu ke-2

Terimakasih, see you on my next post!

Comments

Popular posts from this blog

Review: Critical Eleven (Film)

PS: Postingan ini bukan hanya berisi review film, tapi juga sedikit cerita pengalaman nekat menonton film naik motor sendiri Taktakan-Serang-Cilegon panas-panasan saat puasa. Alhamdulillah, rasa penasaranku terobati. I’ve finally watched Critical Eleven! Ya, rasanya memang selalu kurang afdol jika kamu sudah membaca sebuah karya yang menurutmu menarik, tapi kamu tidak menyaksikan karya tersebut dalam bentuk film. Ketika film dari buku yang kamu sukai muncul, setidaknya ada perasaan penasaran dan dorongan untuk membandingkannya dengan buku yang sudah kamu baca, kan? Setidaknya itulah yang terjadi padaku. Sabtu, 10 Juni 2017, tepatnya sebulan setelah film Critical Eleven mulai tayang di bioskop, aku melihat postingan instagram Ika Natassa yang merupakan penulis novel Critical Eleven, katanya film yang diangkat dari novelnya itu masih tayang di beberapa bioskop, salah satunya di Cilegon. Tanpa babibu aku langsung mengecek jadwal film di Cinema XXI Cilegon dan mendapati bahwa ku

Review: Himouto! Umaru-chan (Anime TV Series)

Cover Serial Televisi Anime Himouto! Umaru-chan Judul                 : Himouto! Umaru-chan Penulis              : Takashi Aoshima Sutradara         : Masahiko Ohta Tahun Tayang : 2015 Himouto! Umaru-chan adalah serial manga yang  ditulis oleh Sankaku Head yang kemudian diadaptasi ke dalam serial televisi pada tahun 2015 lalu, tepatnya anime ini tayang pada tanggal 9 Juli 2015 hingga 24 September 2015. Kemarin saya baru saja selesai menonton serial anime ini. Hanya ada 12 episodes, sehingga tidak membutuhkan banyak waktu untuk mengetahui akhir cerita serial anime bergenre komedi ini. Umaru adalah seorang gadis SMA yang sangat pintar, berbakat, baik hati, sangat cantik, serta menarik, sangat sempurna sehingga semua orang menyukainya. Namun sifat-sifat tersebut berubah drastis seketika Umaru masuk ke dalam apartemen kecil kakaknya, Taihei. Umaru berubah menjadi seorang pemalas. Ia hanya mau bermain game, makan, dan tidur. Oke, langsung lanjut ke epis

Do Not Rape Our National Heritages!

Today we can hear so many news on television about our national heritage which are stolen by other country.  We can search on google with the keyword “mencuri kebudayaan” and there are more than a million result in less than a second. It proved that there were bunch of people find the information about it. What kind of national heritage which is stolen by that country? Why are they steal our national heritages? And how to solve this case? Our national heritages is not only tangible heritages like Candi Borobudur or Taman Nasional Komodo, but we also have so many Intangible cultural heritages which is manifested through these points below: 1. Oral traditions and expressions (including Language). e.g., Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, Bahasa Melayu, Bahasa Madura, Bahasa Padang, etcetera. 2. Performing arts (such as traditional music, dance and theatre) e.g., Gamelan (from Center Java, East Java and Bali), Tari Pendet (from Bali), Lenong (from Jakarta, Indonesia), etcetera