Menyontek memang sudah membudaya.
Siapa pun orangnya, dimanapun sekolahnya, dimanapun tempatnya bekerja, apapun
pekerjaannya, menyontek memang sudah mengakar kuat di dalam budaya manusia
zaman sekarang. Sebenarnya menyontek ada baiknya juga. Menurut Papa saya, kita
tidak perlu mendalami hal-hal yang terlalu sulit dan yang tidak kita cintai,
karena itu hanya menghabiskan waktu kita. Lebih baik kita mempelajari hal-hal
lain, mengatur strategi lain. Sekarang kamu sukanya apa? Mau masuk jurusan apa?
Nah, kalau begitu ya pelajari hal-hal spesial yang akan berguna untuk hidup
kamu. Memangnya papa dulu mendalami pelajaran ini, fungsi matematika? Papa
kerja tidak pernah ketemu rumus fungsi! Fisika semua... matematika ya yang
sekiranya akan terpakai saja nanti ketika sudah kuliah dan kerja. Jadi ya
hal-hal yang aneh-aneh tidak usah terlalu dipikirkan, cukup tahu saja. Ah,
sungguh realistis. Memang ada beberapa teman saya juga berpikiran seperti itu,
makannya mereka cenderung meremehkan pelajaran-pelajaran yang gak di-UN-kan dan
beberapa pelajaran menurut mereka kurang berguna untuk masa depannya nanti,
seperti Bahasa Indonesia. Memang tidak bisa dipungkiri, hampir 100% dari
seluruh teman-teman (kelas) saya tidak belajar atau menomerduakan mata
pelajaran ini ketika mid semester atau ulangan semester karena mereka merasa
cukup tahu teorinya saja dengan mendengarkan guru di kelas, selebihnya
improvisasi saja saat mengerjakan soal. Hahahahaha. Pelajaran Sejarah juga
sering kali diremehkan karena tidak termasuk 6 pelajaran yang di-UN-kan. Ada
banyak cara yang mereka lakukan untuk menyontek ketika ulangan berlangsung.
Berikut ini adalah cara-cara andalan mereka ketika menyontek.
1. Menggunakan telepon genggam. Ah, saya yakin sekali
semuanya sudah mengerti bagaimana sistem menyontek dengan cara ini. Tapi biar
sedikit saya jelaskan. Cara ini sangat mudah (bagi yang sudah profesional), cukup
dengan membuat janji terlebih dahulu dengan teman sekelas atau teman kelas
sebelah, biasanya sih sama teman dari kelas lain karena kalau teman sekelas sih
masih bisa menyontek langsung. Lalu bawa telepon genggam ke kelas, usahakan
tidak ketahuan guru, biasanya sih guru yang disiplin sering menyuruh muridnya
untuk menyimpan handphone mereka di meja guru agar tidak ada yang "berkomunikasi"
ketika ujian berlangsung. Nah, bagi mereka yang sudah profesional (bisa
meramalkan situasi), mereka akan menyiapkan telepon genggam cadangan untuk
dititipkan di meja guru. Namanya juga anak masa kini, satu telepon genggam
branded masih tidak cukup untuk memenuhi "kebutuhan" mereka yang
semakin kompleks.
2. Menggunakan konsepan. Nah ini dia, cara yang agak sulit
karena memang hanya bisa berhasil jika kita mengetahui ciri-ciri soal yang
biasanya keluar. Karena tidak mungkin kan kita menyalin buku dalam secarik
kertas kecil? Biasanya sih yang disalin rumus-rumus, dan hapalan-hapalan yang
ada poin-poinnya yang sekiranya pasti ditanyakan di soal ulangan. Tidak enaknya
menggunakan metode ini adalah kita perlu menyalin rangkuman materi dan itu membutuhkan
tenaga dan waktu, jadi kita sama saja tidak bisa bersantai-santai sebelum
ulangan, hampir sama dengan belajar tapi lebih ringan.
3. Menyontek langsung. Metode ini kurang aman karena potensi
untuk kepergok cukup tinggi. Terlalu riskan untuk orang-orang yang tidak
profesional. Biasanya sih bahasa isyarat digunakan dalam melancarkan strategi
ini. Contohnya, batuk adalah panggilan bagi teman untuk memberikan contekan.
Untuk menanyakan soal biasanya sih kita hanya mengatakan nomer soal tersebut
dengan bahasa yang biasa diajarkan oleh para guru sekolah luar biasa. Lalu
untuk memberikan jawaban ya sama saja. Atau terkadang ada yang menggunakan
jari. Jari telunjuk untuk A, jari telunjuk dan tengah untuk B dan seterusnya
seperti menghitung menggunakan jari saja.
4. Menyontek langsung ke buku. Cara ini sangat beresiko
apalagi jika bukunya besar dan tebal. Tapi lain ceritanya jika pengawas ujian
tukang tidur atau tukang sms, hobi menelepon dan bersosialisasi di sosial
media. Untuk mengurangi resiko tertangkap basah sedang menyontek buku catatan
atau buku pelajaran, biasanya sih "para ahli" menyimpan buku di toilet
dan ketika ia ingin mencari jawaban soal ulangan, mereka langsung izin ke toilet
lantas mencari jawaban di buku mereka.
5. Berdiskusi di luar kelas. Biasanya sih ini agak sulit
dilakukan terutama jika sang pengawas adalah orang yang strict. Tapi jika pengawas
adalah orang yang polos dan belum mengetahui metode ini, pasti ulangan kita
akan sukses. Caranya adalah dengan berpura-pura izin ke toilet, setelah itu teman
yang sudah kita ajak kerjasama akan menyusul beberapa waktu setelahnya dan
mulailah diskusi di toilet. Ketika sudah selesai, kembali ke kelas juga harus
terpisah. Jika guru bertanya mengapa berlama-lama di toilet, bilang saja buang
air besar. Biasanya sih rencana ini dilancarkan dengan pura-pura membawa sabun
cair atau sabun wajah agar guru percaya bahwa muridnya baru saja buang air besar.
6. Kunci jawaban dari luar. Biasanya sih kunci jawaban dari
"sumber terpercaya" tersebut kita salin di secarik kertas kecil
seperti cara mengonsep saja. Tapi... untuk UN, ini agak sulit dilakukan karena
pengawasannya cukup ketat dan untuk mengurangi resiko tersebut, biasanya kita
menggabungkan dua metode; mengosep (poin 2) dan menyontek di toilet (poin 4). Kita
meletakan kertas yang berisi kunci jawaban tersebut di toilet lalu pada saat
kita ingin melihatnya, kita izin ke toilet dan menghapalkan jawaban tersebut
sebelum kembali ke kelas, jadi tidak perlu untuk membawa kertas jawaban ke
kelas. Nah, tapi kita harus berhati-hati, kertas yang berisi jawaban tersebut
harus segera dibuang atau disiram di toilet agar tidak meninggalkan jejak.
Tapi bagaimana jika ternyata kita ketahuan?
Resiko menyontek memang banyak dan sangat besar bahkan bisa
jadi lebih besar daripada keuntungan kita jika kita berhasil menyontek. Berikut
ini adalah resiko yang harus kita hadapi jika kita memilih untuk menyontek.
1. Malu. Tidak usah dijelaskan, saya rasa semuanya sudah
mengerti.
2. Kita bisa dicap tukang menyontek oleh guru. Nah, guru
yang seperti ini biasanya adalah guru yang tidak mau tahu latar belakang
mengapa kita menyontek, asal mengecap muridnya tukang menyontek tanpa
mengetahui mengapa mereka seperti itu, apakah mereka sering melakukan hal itu
dan bagaimana cara agar mereka jera. Biasanya hal ini diikuti dengan
pengurangan nilai dan gosip yang menyebar di guru-guru lain. Alhasil nama kita
bisa rusak di mata para guru.
3. Ada juga guru yang mau saja repot-repot untuk melaporkan
perbuatan murid yang menyontek ke guru wali kelas, ke guru BP, atau bahkan
orang tua.
4. Teman-teman yang baik dan jujur akan menilai kita jelek
dan mereka jadi tidak akan menghormati kita lagi.
5. Kita merugi karena kita tidak belajar dan berlatih. Keluarga,
bangsa dan negara juga kecewa dan merugi karena generasi penerusnya adalah
orang-orang yang tidak jujur dan hanya menghabis-habiskan uang untuk pendidikan.
Nah, jadi sekarang mau pilih menyontek atau mengerjakan
dengan jujur? Semoga pilihan yang kita pilih adalah yang terbaik untuk kita dan
untuk semua.
ketauan nyontek = masuk ke badan acara perkuliahan dan nilai langsung jeblok, itu pengalam sekali kalinya pake contekan di kertas. mana yang ngawas serem banget... ampuuuuun ga lagi deh nyontek
ReplyDeleteSedih deh... generasi pecontek itu yang sekarang jadi generasi perusak, itu tuh yang banyak duduk di bangku pemerintahan, tp kerjaannya tidur doang. Ijazah mereka asli atau palsu aja ngga ada yg tau... miris makanya... :(
ReplyDeletebener, malu salah satu akibat yang akan di terima oleh si pencontek jika ia ketahuan,, ,,siap siap muka merah deh, tapi tergantung juga sih, si pencontek kelas nya sudah kakap atau teri :D
ReplyDeleteKata yang di salah-penggunaankan menjadi contek ini merupakan budaya yang sulit untuk dipisahkan dari masyarakat, khususnya pelajar di Indonesia. Layaknya pandangan yang telah secara ekstrim menyatakan korupsi sebagai budaya Indonesia, sontek untuk ukuran calon koruptor pun rasanya tidak lebih berbahaya.
ReplyDeletetapi ada juga yg gak tau malu, hha
ReplyDeleteyg kayak beginian udha kelas hiu biru
-__-
yang jelas mendingan jujur dong.. hehe... nyontek adalah pembunuhan karakter, yuk mari jangan sampai dikembang biakkan... :)
ReplyDeleteMencontek bisa bikin malu, jujur bisa bikin pintar..
ReplyDeleteSalam kenal..
saya pilih yg mana ya? Saya pilih ngejawab soal yg bisa dijawab aja hehe
ReplyDeleteKetauan mencontek malunya ampun, apalagi kalo gagal satu semester. Ga kebayang jelasin ke ortu gimana.. :D
ReplyDeleteRisiko kalau ketahuan mencontek lebih besar, salah satunya nilai matakuliah langsung E
ReplyDelete