So i deleted around 50++ blog posts. Im just so ashamed, i even can not reread them because i know those are so stupid. I know it's good to have so many writings, but to have everything written there--- fucking everything---is so embarassing. Actually i've realized it long time ago, but i felt like they're too precious to me. I mean 50++ writings on 2011? What an achievement. But im 24 and i do not want my future partner and children read them and realize they live with a very emotional, stormy, sappy person. Not that im not going to write down my feelings anymore or become fake or what, i just realized that this is not the place to be too angry, too sad, too happy, and too emotional, i'll keep it for myself and my close ones.
PS: Postingan ini bukan hanya berisi review film, tapi juga sedikit cerita pengalaman nekat menonton film naik motor sendiri Taktakan-Serang-Cilegon panas-panasan saat puasa. Alhamdulillah, rasa penasaranku terobati. I’ve finally watched Critical Eleven! Ya, rasanya memang selalu kurang afdol jika kamu sudah membaca sebuah karya yang menurutmu menarik, tapi kamu tidak menyaksikan karya tersebut dalam bentuk film. Ketika film dari buku yang kamu sukai muncul, setidaknya ada perasaan penasaran dan dorongan untuk membandingkannya dengan buku yang sudah kamu baca, kan? Setidaknya itulah yang terjadi padaku. Sabtu, 10 Juni 2017, tepatnya sebulan setelah film Critical Eleven mulai tayang di bioskop, aku melihat postingan instagram Ika Natassa yang merupakan penulis novel Critical Eleven, katanya film yang diangkat dari novelnya itu masih tayang di beberapa bioskop, salah satunya di Cilegon. Tanpa babibu aku langsung mengecek jadwal film di Cinema XXI Cilegon dan mendapati bahwa ku...
50++ on 2011? achievement yang warbyasah, konsistensi itu prestasi *tepuk tangan*
ReplyDeleteAku mention di blog aku ahh..
banyak banget yang dihapus mba
ReplyDelete