Halo! Selamat liburan untuk
mahasiswa yang masih pada liburan!
Senang sekali liburan kali ini
aku sering jalan-jalan mulai dari ke Bogor, Gunung Sari di Serang, hingga
Rangkasbitung Lebak.
Nah, Selasa sore, tanggal 31
Januari kemarin aku berangkat ke Rangkas bersama Intan dan Yunita dengan motor.
Aku dibonceng Yunita karena nggak kebayang kalau aku yang bawa motor 45 menit
pasti pegal sekali hehe. Kami ke Rangkasbitung melalui jalur Petir, lebih adem
dan lebih dekat daripada melalui jalur jalan raya Pandeglang, yang banyak
kendaraan dan cenderung panas. Oh ya, tips untuk temen-temen yang mau main ke
Rangkasbitung atau Baduy dari Serang, lebih baik berangkat lewat Petir deh,
karena lebih asyik dan banyak pemandangan persawahannya. Dan jangan lupa isi bensin
dulu di Serang karena kalau lewat jalur Petir tidak ada pom bensin adanya pom
bensin kecil gitu yang biasanya ada di warung-warung kecil (nggak perlu sebut
merk lah ya, pasti sudah tahu).
Sesampainya di Rangkasbitung,
Yunita mengarahkan laju motorku ke arah Alun-alun Rangkasbitung. Kesan
pertamaku ketika sampai di pusat kota, keren! Well, sebenarnya pemandangan
pusat kota, Alun-alun dengan dikelilingi masjid dan kantor-kantor pemerintahan
sudah sering aku nikmati. Kata guru sejarahku di SMA dulu, jenis tata kota itu
adalah jenis tata kota pada zaman Islam berkuasa di Indonesia *cmiiw*, tapi
justru itulah yang membuatku selalu senang berjalan-jalan ke pusat kota karena
ada banyak sekali tempat-tempat penting yang bisa sekalian aku kunjungi.
Aku menginap di rumah Intan
sementara Yunita ke rumah neneknya yang letaknya hanya 5 sampai 10 menit dari
rumah Intan. Malam itu kami masak nasi goreng sampai aku bau bawang. Tidur
tengah malam di kamar Intan yang super
cozy.
Tanggal 1 Februari pagi harinya, setelah
beribadah, aku dan Intan pergi ke pasar Rangkasbitung berbelanja bahan makanan
untuk dimasak Bibi di rumah Intan sekaligus beli jambu air untuk dipetis di
rumah malam harinya. Pasar tradisional Rangkasbitung berjarak sekitar 5 sampai
10 menit dari rumah Intan. Pasar ini sama seperti pasar tradisional kebanyakan,
menjual bahan makanan seperti sayur, buah, dan sebagainya, pakaian, makanan
jadi, peralatan rumah tangga, dan sebagainya. Ada beberapa toko emas berjejer
di bagian depan bangunan pasar. Kata Intan, emas Rangkasbitung terkenal bagus,
biasanya emas 24 karat yang sudah diolah menjadi perhiasan pasti ada campuran
logam lain walaupun 24 karat, tapi kalau di Rangkasbitung emas 24 ya
benar-benar fine gold, itulah mengapa orang-orang Jakarta banyak yang ke
Rangkasbitung hanya sekedar untuk membeli emas berkualitas. Aku nggak tahu
pasti apakah emas yang dijual di sana benar-benar bagus, tapi aku percaya saja
lah. Semoga bisa jadi referensi temen-temen yang suka berbelanja emas.
Setelah ke pasar Rangkasbitung,
kami ke Alun-alun Rangkasbitung untuk jogging, walau ujung-ujungnya hanya jalan
santai mengelilingi lapangan Alun-alun Rangkasbitung sisanya hanya berfoto di
depan tulisan Alun-alun Kota Rangkasbitung dan bangunan Museum Multatuli serta Perpustakaan
Saidja Adinda yang terletak diseberang Alun-alun Kota Rangkasbitung. Oh ya museum Multatuli dan Perpustakaan Saidja Adinda ini baru saja dibuka. Untuk museum Multatuli sendiri belum diisi oleh benda-benda bersejarah. Museum ini benar-benar membuatku super penasaran isinya, kelak aku ke Rangkasbitung lagi, aku akan mengunjungi museum yang berita pembangunannya sampai masuk koran Belanda ini.
Bangunan Perpustakaan Saidja Adinda. Keren banget kan? |
Di depan Museum Multatuli. |
Di depan Alun-alun Rangkasbitung |
Setelah itu kami pulang dan
ngobrol sambil menonton TV. Pagi itu Ibu Intan menyuruh kami ke rumah Nenek
Intan untuk mengantarkan jeruk karena beliau sedang sakit, setelah mengantarkan
jeruk, kami ke pasar lagi untuk membeli es campur H. Muin yang cukup terkenal
di Rangkasbitung. Katanya sih tidak memakai gula, tapi madu. Dan benar saja,
memang memakai madu, warungnya saja sampai dikerubungi lebah, bukan lalat. Kami
menyantap es campur itu di rumah Intan. Kenyang banget saking manisnya.
Setelah itu kami mandi dan
bersiap untuk jalan-jalan keliling Kota Rangkasbitung. Aku mengantar Intan
mengambil uang untuk bayar SPP kuliah, di jalan kami kehujanan karena menurut
BMKG di daerah Serang akan hujan tiga hari berturut-turut, ternyata di Rangkas
juga sama, hujan terus. Aku sempat mampir ke Klinik Himmah Husada Karya Utama
yang sudah menjadi rumah sakit di Rangkas. Itu punya keluarga Intan. Gilaaa. Mantap
sekali! Rumah sakitnya tidak terlalu besar tapi keren, ternyata aku punya teman
yang punya rumah sakit.
Setelah itu kami beli cemilan
untuk dibawa ke Perpustakaan Saidjah Adinda, perpustakaan ini baru jadi dan
baru saja dibuka untuk umum tapi belum launching
secara resmi. Aku suka sekali dengan bentuk bangunan perpustakaan ini.
Benar-benar modern dan keren. Di sana aku dan Intan ngobrol dengan sahabat Ibu
Intan yang dipanggil Mama Aa, Mama Aa bekerja di Dinas Keperpustakaan dan Kearsipan,
orangnya ramah, baik, dan asyik diajak ngobrol. Tidak terasa ternyata kami
menghabiskan waktu dua jam di perpustakaan sambil menunggu hujan reda. Tadinya kami ingin ke sentra pembuatan batik yang terletak di belakang gedung perpustakaan, tapi karena hujan, tidak ada orang yang sedang bekerja di sana, aku hanya bisa melihat kain-kain batik yang dijemur di bawah atap.
Bagian samping bangunan Perpustakaan Saidja Adinda |
Setelah puas main di perpustakaan,
kami main ke rumah Yunita dan mengambil buah mulberry. Itu pertamakalinya aku
makan buah mulberry. Enak sekaliii. Btw, mulberry itu tidak sengaja ditanam di
rumah Yunita, itu tanaman liar. Beruntung sekali punya pohon buah yang
jarang-jarang ada seperti itu. Sepertinya buah semacam itu hanya tumbuh di
daerah dingin. Well, Rangkasbitung adalah daerah yang cukup sejuk, mungkin
strawberry pun bisa tumbuh di sana. Rasa mulberry ternyata enak, asam manis
seperti buah sejenis berry lainnya. Yang matang berwarna ungu kehitaman.
Rasanya mau makan lagi. Di rumah Yunita kami merencanakan untuk perjalanan kami
esok ke Baduy dan rencana lainnya karena Rangkas diguyur hujan seharian,
mungkin besoknya pun masih hujan jadi untuk naik gunung ke Baduy pasti akan
sangat sulit dan licin.
Mulberry dari rumah Yunita |
Sorenya kami pulang dan menghabiskan
waktu di rumah Intan, tidak keluar rumah karena di luar gerimis.
Besoknya, tanggal 2 Februari ada
kabar buruk datang. Dosen kami meminta Intan dan Yunita ke kampus untuk mengisi
form perbaikan nilai. Well, that was a
good news actually but that was coming in the wrong time, so it is bad. Namun
Intan tetap ingin menjadi tour guide-ku
agar aku bisa puas jalan-jalan. Akhirnya kami ke rumah saudara Intan, duh, aku
lupa namanya, aku memang tidak pandai mengingat nama. Selanjutnya kami
menjemput Yunita. Kami tidak jadi ke Baduy karena jalanan masih becek. Kami
akhirnya ke Balong, semacam tempat pemancingan dengan kolam yang sangat luas.
Di pinggir-pinggirnya banyak pedagang, katanya kalau malam Minggu tempat
tersebut ramai dikunjungi pemuda terutama yang pacaran. Di perjalanan menuju
Balong, kami melewati kebun sawit yang sangat luas, jalanan Rangkas naik turun
dan sangat Indah mirip seperti saat aku
melakukan perjalanan dengan Trans Pakuan menuju Sentul Bogor. Kami berputar ke
arah gor Rangkas tempat olahraga, seperti stadium, selanjutnya kami melewati perkampungan
hingga sampai ke Balong tersebut. Di Balong pun kami tidak turun dari motor,
hanya sekedar berkeliling agar aku tahu saja. Selanjutnya kami sarapan bubur di
dekat rumah Yunita. Sudah sekitar jam 9 pagi namun udara Rangkasbitung masih
segar dan dingin, mungkin karena hujan semalam juga.
Setelah sarapan, kami menuju
rumah Intan lagi dan bersiap pulang ke Serang. Walaupun tidak jadi ke Baduy,
tapi aku tetap senang dan bersyukur sudah bisa ke Rangkasbitung dan merasakan
atmosfer tempat itu. Kapan-kapan aku akan ke sana lagi tapi benar-benar ke
Baduy.
Terimakasih Intan untuk pelayanan
di rumahnya serta ketersediaannya untuk menampungku di rumahnya, dan
memboncengku kemana-mana di hari pertama aku keliling Rangkasbitung. Terimakasih
Yunita sudah membonceng aku kemana-mana agar aku bisa membuat video untuk
kenang-kenangnan serta update snapgram
hehe.
That was a really fun journey,
such a wonderful experience. Im so blessed to have some good friends like them.
Thankyou for helping me to search a happiness, thankyou for making me happy and
helping me create some good new experiences.
Menghabiskan materi untuk
pengalaman itu lebih berharga dan lebih bisa membuat kita puas daripada
menghabiskan materi untuk barang-barang.
See you on my next post! Xoxo.
Comments
Post a Comment